Untuk kalangan LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transeksual), sikap mengekspresikan diri yang tak dibarengi dengan memperkaya wawasan kesehatan menjadi isu utama.
Antonio, seorang gay dan HIV Positif dari Jakarta, menceritakan betapa dirinya miskin informasi tentang seks yang aman saat gejolak untuk mengekspresikan diri meluap.
"Dulu terbit buku Jakarta Undercover dari Moammar Emka. Dari sana, saya tahu beberapa tempat kumpul untuk gay. Saya jadi ingin tahu, seperti apa sih Sarinah, seperti apa Senen," kata Antonio.
Kumpul-kumpul dengan sesama LGBT membuka peluang Antonio mengakses seks. Ia mengaku aktif secara seksual begitu lulus kuliah dan tinggal sendiri.
Kurangnya informasi membuatnya melakukan hubungan seksual yang tidak aman. "Saya tahu HIV bisa menular lewat seks tapi saat itu lebih banyak isunya kan soal narkoba," katanya.
Akhir 2012, saat wisata ke Bali, Antonio memeriksakan diri. Hasil tesnya positif namun ia sempat menunda minum ARV karena CD4-nya masih tinggi.
Pada rekan sesama gay, Antonio menyampaikan pesan yang mungkin terdengar klise tetapi tetap penting: "Lakukan seks yang aman, dengan kondom."
Selain itu, Antonio mengajak semua LGBT untuk tak cuma mengekspresikan dirijati diri, tetapi juga mewaspadai risiko terinfeksi HIV.
Dia menulis pengalamannya kehidupan sebagai gay dan HIV positif dalam buku "My Life My Story". Dia juga menjadi relawan di Ruang Carlo, klinik HIV di Rumah Sakit Carolus.
Siapa Pun Bisa Kena
Pakar HIV/AIDS dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Sjamsuridjal Djauzi, mengungkapkan bahwa HIV bisa menjangkiti siapa pun.
Asumsi-asumsi tentang siapa saja yang paling berpeluang terinfeksi HIV tak sepenuhnya benar.
Dikatakan, menjadi istri setia tak akan terinfeksi HIV. Tapi, kenyataan mengungkap, tanpa kewaspadaan, HIV tetap bisa menginfeksi.
Ibu rumah tangga kini bahkan lebih berisiko terinfeksi HIV dibandingkan pekerja seks komersial.