TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Penggunaan antibiotik saat ini sering dilakukan sebagai salah satu tindakan untuk mengatasi radang tenggorokan atau dalam bahasa kedokteran kita kenal dengan Faringitis.
Masalah kesehatan yang satu ini sangatlah mengganggu serta membuat kita merasa tidak nyaman dalam menjalankan aktifitas, sehingga kebanyakan orang mau segera mencari solusi yang paling baik untuk menghilangkannya.
Namunpadakesempatan kali ini, Konsulaakanmemberikan tips seputarpenanganan dan pencegahanFaringitis.
Salah seorang dokter partner Konsula, dr. Ferry Ferdian Nugraha menjelaskan bahwa dalam menterapi masalah radang tengorokan atau faringitis ini tidaklah selalu diperlukan antibiotik.
Berdasarkan penyebabnya, Faringitis dapat digolongkan berdasar penyebabnya, bisa disebabkan oleh virus, bakteri, jamur, atau bahan kimia yang dapat mengiritasi.
Penggunaan Antibiotik hanyalah diperuntukan untuk radang tengorokan yang disebabkan oleh bakteri, penyebab terseringnya adalah Streptokokus beta hemolyticus Grup A.
Radang tenggorokan ini menyebabkan nyeri saat menelan, pembengkakan tonsil, demam di atas 38 derajat celcius dan pembesaran kelenjar getah bening.
Penyebab tersering adalah oleh virus, pada kasus yang disebabkan oleh virus tidaklah membutuhkan antibiotik. Gejalanya yang timbul adalah suara serak, batuk, konjungtivis atau mata merah, diare, dan flu.
Ketika gejala sudah dirasakan, harus dilakukan pemeriksaan lebih lanjut untuk mengidentifikasi penyebab Faringitis apa yang diderita dan bagaimana cara penanganannya.
"Faringitis yang disebabkan oleh virus dapat sembuh secara alami seiring dengan peningkatan daya tahan tubuh kita. Oleh karena itu penderita hanya perlu istirahat yang cukup, mengkonsumsi air mineral dan makanan bernutrisi untuk meningkatkan sistem imun, bukan dengan antibiotik. Hati- hati dalam mengkonsumsi antibiotik, penggunaan antibiotik yang tidak tepat dapat menimbulkan masalah yang merugikan bagi tubuh kita," urai dr. Ferry
Salah satunya penggunaan antibiotik yang tidak sesuai dapat menyebabkan resistensi antibiotik, dimana ke depannya antibiotik-antibiotik tertentu tidak dapat ampuh lagi untuk membunuh kuman.
Perlu diketahui bahwa penyakit ini bisa menular lewat percikan ludah atau saliva. Oleh karena itu pencegahan bisa dilakukan dengan cara rajin mencuci tangan, memakai masker jika batuk, menjaga kebersihan lingkungan, dan tidak menggunakan wadah makan dan minuman seperti sendok, garpu, atau sedotan bersamaan.
Untuk dapat lebih mengenal atau bila merasa menderita masalah ini, bijaknya konsultasikan dengan dokter sesegera mungkin untuk mendapatkan penanganan yang tepat.
Dan sebagai platform penghubung masyarakat Indonesia dengan layanan kesehatan, Konsula menyediakan layanan Whatsapp di nomor 081291902100 bagi setiap masyarakat yang ingin berkonsultasi dengan dokter. Aplikasi Konsula pun bisa diunduh di Google Play Store dan App Store.
Beberapa fitur konsultasi dokter yang bisa dimanfaatkan user adalah chat dengan dokter dan telepon dengan dokter. Untuk saat ini, Konsula memberikan promo konsultasi gratis satu hari bagi pengguna pertama dengan menggunakan kode voucher KONSULACHAT untuk chat dengan dokter dan KONSULACALL untuk telepon dengan dokter.
Selain konsultasi, Konsula juga membantu user dalam mencari informasi tentang dokter spesialis, klinik dan rumah sakit yang ada di Jabodetabek.
Sementara itu layanan Konsula e-Store juga akan memudahkan masyarakat dalam menemukan paket kesehatan dan kecantikan dengan harga spesial.
Konsula adalah sebuah platform berbasis aplikasi telepon genggam dan website karya anak bangsa yang menyediakan solusi kesehatan online. Website Konsula (full version) diluncurkan pada Desember 2015, sementara itu aplikasi Konsula untuk Android diluncurkan pada April 2015. Fitur Konsula e-Store diresmikan pada 27 Juni 2016 lewat sebuah acara Celebration of Konsula e-Store. Saat ini Konsula Apps telah menjalani proses pembaharuan ke versi 1.2.0.
Konsula memiliki visi untuk membuka akses kesehatan bagi seluruh masyarakat Indonesia. Konsula juga telah terhubung dengan lebih dari 2.371 dokter dan 940 klinik di Indonesia.