TRIBUNNEWS.COM - Saat batita, merengek menjadi salah satu gaya komunikasi yang dilakukan ketika ada sesuatu yang tidak sesuai dengan keinginan anak.
Hal ini tentu jadi menakutkan bagi orangtua sebab akan sulit meredakannya. Orangtua biasanya melakukan apa saja asalkan batita berhenti merengek.
Namun, hal ini juga tidak membuat Mama mampu mengatasi anak yang senang merengek.
Lalu, apa yang menyebabkan anak senang merengek?
Batita memahami bahwa Mama dan Papa adalah orang yang akan memenuhi kebutuhannya.
Merasa setiap saat kebutuhannya terpenuhi juga menjadi salah satu penyebab anak senang merengek.
Ketika tidak dikabulkan, anak mengekspresikan emosinya dengan merengek. Merengek bisa berbagai bentuk mulai dari menangis, memohon hingga berteriak-teriak.
Merengek juga menjadi caranya untuk mendapatkan perhatian Mama dan mendapatkan apa yang diinginkan.
Langkah pertama ketika anak merengek ialah mengabaikannya.
Mama harus memberikan pengertian pada anak bahwa Mama tidak memahami apa yang diinginkan anak karena dilakukan dengan cara merengek.
Mama tidak perlu memberikan ekspresi dan gestur yang menimbulkan rasa kasihan. Hal ini sebagai peringatan kepadanya bahwa apa yang ia lakukan salah.
Setelah itu, pastikan Mama mengetahui apa yang sebenarnya diinginkan.
Ketika ia meminta hal yang tidak boleh atau tidak bisa ia dapatkan, Mama harus menjelaskan alasannya dengan jelas.
Misalnya ketika ia meminta minum es saat sedang flu. Mama bisa memberi tahunya bahwa es tidak akan membuatnya bisa kembali bermain bersama teman-teman.
Memarahi tanpa mengetahui apa yang ia inginkan juga tidak dapat mengatasi anak yang merengek.
Kesabaran Mama memang sangat dibutuhkan dalam mengatasi anak yang senang merengek.
Mama harus mengajarkan cara-cara berkomunikasi yang benar. Jika anak belum mampu berbicara, ajarkan padanya untuk menggunakan gestur tubuh yang baik untuk meminta sesuatu.
Berikan pula penjelasan pada anak bahwa merengek akan merugikan orang lain termasuk dirinya sendiri.
(Niken/New Kids Center)