"Kami tak punya studi-studi yang kuat yang membuktikan terapi infrared bermanfat," lanjutnya.
Ini tak berarti kita perlu berhenti menjalani terapi ini sama sekali hanya karena tak ada bukti solid tentang manfaatnya bagi masalah nyeri.
Dokter mungkin punya pemikiran bagaimana infrared bekerja mengurangi bengkak dan inflamasi yang pada akhirnya mengurangi nyeri.
"Ada peningkatan sirkulasi darah ketika kita terpapar sinar infrared. Senyawa yang disebut nitrit oksida hadir ketika terjadi inflamasi dan ketika pasien diterapi infrared, peningkatan pembuluh darah mengeluarkan nitrit oksida yang terkumpul di satu bagian tubuh," ujarnya.
Sebagai terapi medis yang belum diteliti, terapi sinar infrared ini juga punya risiko.
"Terutama jika kita menjalani terapi berulang, terapi ini berpotensi menyebabkan kerusakan kulit karena energi panas," kata Mehta.
"Pemilik kulit sensitif perlu berhati-hati. Ada banyak jangkauan panjang gelombang di dalam infrared sehingga tak seorang pun tahu dengan pasti panjang gelombang mana yang terbaik," tuturnya.
Karena sinar infrared ini terjadi dalam bentuk spektrum, tak seorang pun tahu di poin mana sinar itu sangat bermanfaat atau sangat berbahaya.
Orang dengan penyakit tertentu seperti scleroderma mungkin perlu berhati-hati dengan terapi ini karena kulit menjadi cenderung mudah rusak.
Intinya, karena kita tak tahu bagaimana sinar infrared bekerja pada tubuh, sebaiknya jangan berharap hasil yang spesifik.
"Hal yang selalu saya katakan kepada pasien adalah gunakan dengan hati-hati karena belum ada studi jangka panjang. Bahaya dan manfaatnya masih belum diketahui," ujar Mehta.
Penulis: Dhorothea
Sumber: Shape