News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Pneumonia Jadi Penyebab Kematian Utama Bayi Berusia di Bawah Dua Tahun

Penulis: Eko Sutriyanto
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Muhammad Septian Gunawan bayi yang berumur 11 bulan terbaring tak berdaya saat diberi makan oleh ayahnya di Ruang ICU RSI Yarsi Pontianak, Jl Tanjung Raya II, Pontianak, Kalimantan Barat, Senin (14/9/2015). Putra pasangan Rani Lifantri dan Heri Gunawan tersebut menderita penyakit pneumonia sejak umur tiga bulan. Kondisi kesehatan Septian kian parah ketika kabut asap mulai pekat menyelimuti Kota Pontianak. Diakui ibunya, kesehatan Septian kembali drop pada Kamis lalu dan baru di rawat inap di ruang ICU mulai Minggu malam lalu.

"Udara dalam rumah juga menjadi faktor risiko, yaitu ruangan dengan asap rokok, bahan bakar rumah tangga atau obat nyamuk," katanya.

Untuk menurunkan insiden pneumonia Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menjalankan 3 langkah yaitu Protect, Prevent dan Treat. Perlindungan dilakukan dengan menyediakan lingkungan sehat untuk bayi, pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan, gizi yang seimbang, mencegah bayi dengan berat badan rendah dan menurunkan polusi udara.

Pencegahan dilakukan dengan memberikan vaksinasi lengkap, terutama vaksin campak, pertusis dan dan vaksin pneumonia. IDAI juga sudah mengeluarkan rekomendasi pencegahan pneumonia dengan pemberian ASI eksklusif 6 bulan, imunisasi lengkap, pencegahan dan tata laksanan pneumonia, dan rekomendasi dalam menghadapi kabut asap.

Imunisasi yang ada kaitan dengan pneumonia adalah BCG, DTP, Hib dan PCV, campak, influenza dan MMR. “Dari vaksin-vaskin tersebut, ada dua vaksin yang belum dicover pemerintah yaitu PCV dan influenza,” jelas dr. Nastiti.

Baca: Kabut Asap di Palangkaraya Sebabkan Pneumonia dan Diare pada Banyak Anak

Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung (P2PML) Kementerian Kesehatan, Dr. Wiendra Woworuntu M.Kes menambahkan, pneumonia saat ini dijuluki forgotten pandemic atau the forgotten killer of children karena  tidak mudah menemukan balita dengan pneumonia.

“Umumnya masyarakat menganggap sebagai batuk biasa. Sukar bagi ibu untuk mengetahui anaknya menderita pneumonia kecuali kondisinya telah parah, antara lain ditunjukkan dengan sesak napas berat. Harus diingat bahwa perjalanan penyakit dari batuk menjadi pneumonia berlangsung cepat sehingga seringkali tidak tertolong,” jelas Wiendra.

Program Kementerian Kesehatan dalam pengendalian pneumonia di Indonesia antara lain dengan penemuan kasus dan tatalaksana kasus pneumonia balita di puskesmas dan jaringannya, dan menggalakkan upaya promotif dan preventif tentang pencegahan dan pengendalian pneumonia termasuk imunisasi.

Demontrasi Vaksin Pneumonia di Lombok

Bulan Oktober 2017, Kementerian Kesehatan akan melaksanakan demontsrasi program imunisasi pneumonia di tiga kabupaten di Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat.

Rencana ini merupakan bagian dari pemberian vaksin baru secara nasional, yaitu vaksin polio inaktif (IPV), rubella (MR), rotavirus, Japanese ensefalitis dan pneumokokus (PCV).

“Vaksin pneumokokus untuk mencegah pneumonia akan digunakan di Indonesia,” ujar Wiendra.

Vaksin memang bukan satu-satunya cara mengurangi kejadian pneumonia, tetapi imunisasi adalah salah satu upaya yang cukup efektif mengurangi insiden pneumonia.

Demontsrasi vaksin pneumokokus rencananya akan dilakukan di Lombok Barat dan Lombok Timur menggunakan vaksin PCV 13.

Sejumlah warga melakukan yoga bersama dalam aksi peduli Pneumonia yang bertemakan "A Fair Shot: Yoga Peduli Pneumonia" di Taman Suropati, Menteng, Jakarta, Minggu (29/11/2015). Aksi tersebut mengkritisi terkait mahalnya harga vaksin pneumonia, dan hal tersebut menjadi hambatan dalam mengatasi penyakit pneumonia di dunia. TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN (TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN)
Halaman
1234
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini