TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sejak Senin (13/3/2017) lalu petani dari kawasan Pegunungan Kendeng melakukan unjuk rasa mencor kaki dengan semen di depan Istana Negara.
Para petani Kendeng itu memprotes izin lingkungan baru yang ditandatangani oleh Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo.
Dengan terbitnya izin tersebut kegiatan penambangan karst PT Semen Indonesia di Rembang masih tetap berjalan.
Aksi yang sama pernah dilakukan oleh sembilan petani perempuan di depan Istana Negara pada April 2016.
Baca: Ini Dugaan Penyebab Meninggalnya Warga Kendeng yang Ikut Aksi Cor Kaki
Di luar masalah maksud aksi yang dilakukan oleh para petani Rembang, jika ditinjau dari sisi ilmu kesehatan, menyemen kaki berpotensi merusak kaki itu sendiri.
"Jika semennya memang benar-benar menekan kaki, itu berpotensi menyebabkan compartment syndrome atau sindrom kompartemen karena saraf dan aliran darah tertekan," kata dokter M. Adib Khumaidi, SpOT, spesialis Bedah Orthopaedi dan Traumatologi di RS Sari Asih Karawaci pada Kompas.com.
Sindrom kompartemen terjadi ketika tekanan berlebihan menumpuk di dalam ruang otot tertutup di dalam tubuh.
Biasanya, sindrom kompartemen adalah hasil dari pendarahan atau pembengkakan setelah cedera. Tekanan tinggi yang berbahaya pada sindrom kompartemen, menghambat aliran darah ke dan dari jaringan yang terkena.
Sindrom kompartemen adalah kondisi darurat, yang membutuhkan pembedahan dengan segera untuk mencegah cedera permanen.
"Gejala yang harus diawasi dimulai dari rasa kesemutan. Makin lama, kaki akan pucat membiru," jelas dokter Adib yang juga menjabat sebagai Sekretaris Jenderal Indonesian Orthopaedic Association.
"Ada yang disebut golden period atau masa emas pada sindrom kompartemen, yaitu selama enam jam. Pada waktu tersebut, harus segera ada tindakan medis atau berpotensi kaki harus diamputasi," lanjutnya.
Apa yang Terjadi pada Sindrom Kompartemen?
Kelompok organ atau otot kita tersusun dalam daerah yang disebut kompartemen. Jaring yang kuat dari jaringan ikat yang disebut fasia, membentuk dinding kompartemen tersebut.
Setelah cedera, darah atau edema (cairan yang dihasilkan oleh peradangan atau cedera) dapat terakumulasi di dalam kompartemen.
Dinding tangguh dari fasia tidak dapat dengan mudah meluas, sehingga tekanan pada kompartemen meningkat, menghambat darah mengalir ke jaringan di dalam kompartemen.
Kerusakan jaringan yang parah dapat mengakibatkan hilangnya fungsi tubuh atau bahkan kematian, misalnya pada kasus sindrom kompartemen akut yang terjadi pada beberapa daerah tubuh sekaligus dan tidak segera mendapat pertolongan.
Kaki, lengan, dan perut adalah anggota tubuh yang paling rentan terkena sindrom kompartemen.