TRIBUNNEWS.COM, BANJARMASIN - Siti Raisa Miranda atau akrab disapa Echa, tertidur 13 hari, namun baru pada Minggu (22/10/2017) dia baru bisa benar-benar membuka mata.
Seperti diketahui, Echa tidur lebih 13 hari, ada kemiripan ciri dengan sindorm Kleine-Levin (sindrom putri tidur).
Kondisi itu diunggah ayahnya di media sosial dan menjadi perhatian netizen.
Namun, kabar terbaru Echa sungguh menggembirakan. Remaja usia 14 tahun ini kini sudah benar-benar bangun dari tidurnya.
Hal ini terlihat dari unggahan Mulyadi di aku Facebooknya Moel Ya Love.
Baca: Kembali Terlelap, Fisik Echa si Putri Tidur Diperiksa! Tekanan Darah, Jantung dan Nafasnya Normal
Dia menjelaskan Echa sudah benar-benar bisa bangun, bahkan dia sudah bisa mandi sendiri.
Namun, kondisi Echa belum 100 persen pulih, meskipun fisiknya makin baik. Sebab, pada Selasa (24/10/2017) malam dia kesulitan tidur.
Seperti dituturkan Lili, ibunya Echa kepada reporter banjarmasinpost.co.id (Tribunnews.com Network), putrinya baru bangun pada Rabu (25/10/2017) pagi.
Tapi, semalaman Echa tak bisa tidur.
"Tadi malam dia tidak tidur lagi, sampai subuh tadi dia masih terbangun, bahkan sempat mandi sendiri," cerita Lili saat ditemui di rumahnya Jalan Pangeran, RT 4 Banjarmasin.
Pagi ini, Echa pun didatangi sang kakek yang dikatakan Lili ingin mengajak ke rumahnya di Sungai Gampa, Barito Kuala.
Sebelum sang kakek datang, Echa sempat tertidur sebentar, namun kemudian bangun lagi.
Lili mengatakan, Echa juga sempat diajak kakeknya bicara.
Namun ketika ditinggal sang kakek dan diminta untuk mandi, perempuan yang dijuluki mamanya sebagai Putri Tidur itu kembali terbaring di ranjang kamarnya.
Baca: Kata Sang Ayah, Tanda Echa ‘Si Putri Tidur’ Benar-benar Sudah Bangun Kalau Mencari Handphone
Ia memejamkan matanya lagi, nampak tertidur pulas.
Pantauan banjarmasinpost.co.id, Echa tampak tertidur lelap.
Ia mengenakan baju kaus warna orange dan tangannya tetap berada di atas perutnya.
Nafas Echa juga terdengar normal Rabu pagi itu.
Hypersomnia
Sementara itu, Dokter Yanti, Dokter Ahli Kejiwaan yang dikatakan ayah Echa, Mulyadi sempat merawat Echa, Rabu (25/10/2017) dicoba dikonfirmasi, tidak menyanggah dirinya pernah merawat anak perempuan tersebut.
Namun ia juga tidak mengiyakan terkait perawatan itu.
"Kalau aku sebagai dokter tidak mengonfirmasi atau tidak menyangkal. Terkait pemeriksaan Echa juga tidak ada statement, terkecuali apabila menanyakan sebagai pendapat ahli secara umum tanpa terkait pasien," jelas Yanty.
Sementara itu, secara umum ia menjelaskan contoh kasus yang dialami Echa bisa dikatakan istilahnya hypersomnia, yaitu kelebihan tidur.
Entah itu disebabkan terlalu banyak tidur malam atau kesulitan untuk bangun di waktu siang hari.
Namun diterangkan oleh dokter Yanty, hal itu bisa dilihat seberapa jauh hypersomnia mengganggu.
Sebab menurutnya ada juga orang yang hanya memiliki sedikit waktu tidur sehingga ketika menyebuthypersomnia, harus lihat seberapa jauh penyimpangan dari kebutuhan tidur sehari-hari si pengidap.
Selain itu, seberapa mengganggu aktivitasnya misalnya ia tak bisa makan, tak bisa sekolah atau kerja.
Ketika ditanya penyebab hypersomnia, dokter Yanty menjawab ada banyak penyebab.
“Entah dari segi biologis, sosial, kultural dan psikologis. Sementara soal diagnosis,” katanya.
Sementara mengenai diagnosis Echa, ia mengatakan hal itu hak milik pasien, sehingga ia tidak bisa mengutarakan ke khalayak. (banjarmasinpost.co.id/royan naimi)