Hingga saat ini, 38 anak Indonesia dinyatakan meninggal karena terserang penyakit difteri dan
lebih 600 anak dirawat di rumah sakit karena terserang difteri di 120 kota/kabupaten.
Mereka umumnya tidak pernah atau tidak lengkap imunisasi anti difterinya. Imunisasi DPT, DT, dan Td rutin dilakukan di seluruh negara tiap hari kerja, karena terbukti bermanfaat dan aman,
disimpulkan oleh penelitian kelompok pakar di semua negara.
Pasien-pasien yang sakit difteri ketika dilihat catatan di KMS/kartu catatan imunisasi atau buku
KIA 70-80 persen DPT, DT, Td tidak lengkap. Yang disebut lengkap bila sampai 2 tahun
imunisasi DPT 4 kali.
Sampai umur 5 thn DPT 5 kali. Sampai umur kurang dari19 tahun DPT+DT+Td total 8 kali.
Umumnya sampai usia sekolah imunisasi DPT hanya 3-4 kali. Itu sebabnya KLB Difteri banyak terjadi pada umur sekitar 5-10 thn.
Untuk kepastian imunisasi DPT lengkap, lihat catatan di kartu imunisasi, KMS atau buku KIA.
Karena itu IDAI berharap program imunisasi mesti digalakkan karena sudah terbukti manfaatnya dan agar gar semua pihak mendukung pelaksanaan imunisasi dan menghentikan aktivitas anti vaksin.
Pelaksanaan imunisasi ini wajib, ada di Undang-undang Kesehatan, Undang-undang Perlindungan Anak, dan Permenkes.
Jadi semua pihak wajib ikut mendukung dan tidak ada yang boleh bahkan dengan aktif mengusung anti vaksin.
Hal ini harus menjadi tanggung jawab semua pihak. Dalam kesempatan yang sama, PAPDI juga mengingatkan kembali perlunya imunisasi ulangan pada orang dewasa untuk mencegah DPT (Difteri, Pertusis, Tetanus).
Imunisasi ulangan perlu dilakukan setiap 10 tahun sekali. Orang dewasa kelompok risiko tinggi kontak dengan anak yang terinfeksi dengan Difteri seperti pertugas poliklinik dan perawatan Inap anak, petugas poliklinik dan perawatan Inap THT, petugas gawat darurat, guru atau
pendamping anak, dan anggota Keluarga anak yang terinfeksi difteri dianjurkan untuk
menjalani imunisasi Tdap atau Td.
Imunisasi Tdap pada Ibu hamil dilakukan pada usia kehamilan trisemester dua dan tiga.
Apabila terdapat keraguan, berdiskusilah dengan dokter spesialis anak atau petugas
kesehatan terdekat.
Jangan menghindar dari program imunisasi anak sekolah. Perlindungan terhadap penyakit menular harus terus menerus diperbarui tiap jangka waktu tertentu, sehingga memang anak sekolah perlu mendapat imunisasi ulangan.
Rekomendasi terbaru jadwal imunisasi IDAI mencakup imunisasi ulangan, sudah terbit awal tahun ini.
Informasi lebih lanjut mengenai Ikatan Dokter Indonesia dapat diakses di www.idionline.org
atau melalui akun media sosial: @pbidi (Twitter), PB Ikatan Dokter Indonesia (Facebook), dan
@ikatandokterindonesia (Instagram).