Meski demikian dapat juga terjadi herniasi pada bantalan sendi di ruas tulang diatasnya seperti tulang servikal, tetapi lebih sering terjadi pada mereka dengan usia diatas 55 tahun.
Dikatakan oleh dr. Sri Wahyuni, SpKFR, pakar rehabilitasi Klinik Nyeri dan Tulang Belakang, Gedung Onta Merah, Jakarta, terdapat beberapa faktor risiko terjadinya herniasi bantalan sendi tulang belakang diantaranya; merokok, olahraga berat seperti angkat besi, atau aktivitas pekerjaan tertentu yang sering mengangkat beban secara berulang.
Baca: KPK Cegah Gubernur Jambi Zumi Zola ke Luar Negeri
“Dalam beberapa penelitian juga dikatakan, orang yang sering mengendari sepeda motor memiliki risiko lebih besar untuk terjadi HNP, mencapai 2,7 kali lipat,” jelasnya.
Dr. Mahdian mengatakan saat penekanan bantalan sendi tulang belakang terjadi pada saraf motorik akan berdampak pada melemahnya bagian tubuh yang dipersarafi, sementara jika penekanan bantalan sendi tulang belakang terjadi pada saraf sensori, pasien akan mengalami mati rasa pada bagian tubuh yang dipersarafi.
Sementara jika nyeri yang terjadi bersifat radikular atau menjalar, menandakan sudah terjadi inflamasi pada saraf, sebagai tanda sudah tidak ada lagi ruang untuk saraf, atau dengan kata lain herniasi bantalan sendi yang terjadi sudah sangat besar dan memenuhi rongga tulang belakang.
Umumnya saat seorang pasien datang ke klinik dengan keluhan nyeri pingang yang menjalar hingga kaki, dokter akan melakukan pemeriksaan kemampuan gerak tulang belakang dari lumbar hingga servikal.
Selain itu dokter akan melakukan pemeriksaan neurologis seperti kelemahan bagian tubuh tertentu, kebas atau mati rasa, dan pemeriksaan refleks.
Magnetic Resonance Imaging (MRI) dan Computed Tomography Scan (CT-scan), merupakan modalitas diagnosis HNP yang baik untuk saat ini.
Pemeriksaan lain seperti CT myelography juga dapat digunakan pada pasien. Meski demikian herniasi bantalan sendi dalam banyak kasus juga tidak menimbulkan gejala.
Baca: Yenny Wahid dalam Minus dan Bonus Indonesia
Oleh karena itu dokter harus dengan hati-hati memutuskan antara hasil pemeriksaan MRI dan gejala klinis pada pasien memang disebabkan oleh HNP sebelum dilakukan terapi lebih lanjut terutama yang bersifat invasive.
Terdapat berbagai modalitas terapi untuk kasus herniated nucleus pulposus. Dalam kondisi awal dokter mungkin akan melakukan terapi konservatif seperti pemberian obat-obatan serta melakukan terapi fisik, termasuk didalamnya mengurangi faktor risiko, seperti obesitas.
Beberapa modalitas terapi minimally invasive prosedur seperti radiofrekuensi dapat dilakukan pada pasien, jika terdapat defisit neurologis yang bersifat progresif atau berat.