Peristiwa lain terjadi di Puskesmas Tanah Datar, Sumatera Barat. Orang tua mendatangi bidan desa, kepala sekolah dan wali nagari, menyatakan tidak terima anaknya disuntik.
Mereka mengatakan akan menuntut tenaga kesehatan dan pemerintah, serta meminta bidan desa, kepala sekolah, dan wali nigari menandatangani surat pernyataan minta maaf.
Mengatasi hambatan-hambatan di lapangan ini, pemerintah akan melakukan komunikasi publik secara massif dan melibatkan lintas sektor sehingga cakupan Imunisasi MR-2 bisa lebih luas.
“Cakupan Imunisasi MR Fase II amat rendah, jauh di bawah target 95 persen, sementara waktu tersisa sudah amat singkat,” ujar Yanuar dalam keterangannya kepada wartawan, Rabu (12/9/2018).
Program Imunisasi MR Fase I tahun lalu, berhasil dengan sangat sukses. Cakupan imunisasi menjangkau 35.307.148 anak usia 9 bulan hingga 15 tahun di Pulau Jawa, jauh melebihi target 95 persen.
Sementara itu, pelaksanaan kampanye imunisasi MR fase 2 menargetkan hampir 32 juta anak usia 9 bulan hingga 15 tahun di 28 provinsi di luar Pulau Jawa, hingga 10 September, baru mencakup 42.98 persen, dari seharusnya mencapai 75 persen.
Yanuar menjelaskan ada beberapa permasalahan yang menyebabkan cakupan Imunisasi MR Fase 2 rendah.
Di tingkat masyarakat, ada tantangan kesenjangan pemahaman terkait fatwa, sementara di tingkat tenaga kesehatan, ada kesulitan di lapangan karena masalah keamanan.
Jika kampanye Imunisasi MR Fase 2 ini tidak berhasil, maka 32 juta anak Indonesia di antara umur 9 bulan dan 15 tahun tidak terlindungi virus Campak dan Rubella.
Yanuar menegaskan, ditinjau dari dampak pertahanan kesehatan, rendahnya cakupan imunisasi berpotensi melemahkan ketahanan kesehatan bangsa.
"Indonesia akan tetap rentan terhadap penyakit menular yang berpotensi mewabah dan merenggut nyawa, padahal penyakit tersebut dapat dihindarkan,” jelas Yanuar.
Menghadapi tantangan kampanye Imunisasi MR Fase II, pemerintah akan tampil suatu suara membuat narasi publik secara massif.
Terutama kata dia, terkait bahaya penyakit campak dan rubella, baik secara dampak langsung ataupun kerugian ekonomi.
“Kami juga akan melakukan prioritisasi kewilayahan untuk memfokuskan upaya Imunisasi MR Fase II secara optimal,” ucapnya.