TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Hampir semua orang pasti pernah mengalami nyeri pada leher, mulai dari yang ringan sampai yang parah hingga menganggu aktivitas sehari-hari.
Kebanyakan dari masyarakat sering kali mengabaikan rasa nyeri atau rasa tidak nyaman di bagian lehernya, padahal saat itu tubuh sedang memberikan “alarm” atau tanda bahwa ada yang tidak beres dari tubuh kita.
Tidak menutup kemungkinan bahwa rasa nyeri di leher mengindikasikan saraf terjepit.
Jepitan saraf leher atau yang dikenal sebagai cervical disc herniation adalah kondisi saat isi dari bantalan tulang leher bocor keluar sehingga menjepit saraf leher.
"Jepitan saraf leher umumnya terjadi pada orang yang berusia 30 hingga 50 tahun, namun dapat terjadi juga pada usia yang lebih muda maupun lebih tua," kata dr. Phedy, Sp.OT-K, anggota Sports, Shoulder & Spine Clinic di Siloam Hospitals Kebon Jeruk di Jakarta belum lama ini.
Dikatakannya, jepitan saraf leher dapat terjadi karena adanya riwayat cedera leher, tetapi seringkali terjadi secara spontan tanpa diketahui penyebab yang jelas.
Keluhan yang terjadi akibat jepitan saraf leher bergantung pada lokasi jepitan.
Baca: Waspadai 4 Gejala Umum Saraf Kejepit, Termasuk Sering Merasa Geli
"Bila jepitan terjadi di pinggir, keluhan yang muncul adalah kaku, nyeri leher yang menjalar, kesemutan, atau rasa lemah pada lengan dan tangan," katanya.
Bila jepitan terjadi di tengah, keluhan yang muncul berupa kehilangan keseimbangan, kaku saat berjalan, rasa lemah pada tungkai sampai gangguan buang air besar dan buang air kecil, bahkan dapat mengakibatkan kelumpuhan secara total.
Untuk membuktikan adanya jepitan saraf leher, dapat dilakukan pemeriksaan Magnetic Resonance Imaging (MRI).
Saat ini pengobatan untuk jepitan saraf leher pun bervariasi mulai dari obat-obatan, fisioterapi, hingga operasi, tergantung pada keparahan jepitan saraf.
Pada kasus tertentu dimana ditemukan kelemahan yang parah, maka operasi menjadi satu-satunya pilihan untuk menyembuhkan jepitan saraf.
Baca: Berlyno Julian Masih Jalani Perawatan di RS Siloam Pasca Laka Fatal Mobil Mazda2 di Tol Tangerang
dr Phedy menjelaskan bahwa, operasi dilakukan dengan tujuan membebaskan jepitan dengan cara mengambil bantalan yang menekan saraf.
Dengan teknik Percutaneous Endoscopic Cervical Discectomy (PECD), jepitan dapat diambil dengan luka sayatan hanya sebesar 0,5 cm.
Luka ini tentunya lebih kecil jika dibandingkan dengan operasi konvensional yang lukanya mencapai 2 cm.
Bantalan yang diambil dapat diganti menggunakan tulang atau bantalan sintetik sehingga leher tidak kehilangan fungsi gerak dan dapat menjalankan fungsinya seperti semula.
“Risiko kegagalan operasi untuk jepitan saraf leher cukup rendah. Perdarahan selama operasi umumnya kurang dari 50 cc dan lama operasi berkisar 45-90 menit," katanya.
Selain itu kelebihan dari PECD ini adalah dalam beberapa jam setelah menjalankan operasi pasien dapat pulang dari rumah sakit.
Siloam Hospitals Kebon Jeruk merupakan rumah sakit yang mendukung teknik PECD untuk membebaskan jepitan saraf leher.