Padahal kualitas sperma bergantung pada kesehatan tubuh. Faktor umur justru tidak berpengaruh banyak.
“Seorang laki-laki yang masih muda kalau pola hidupnya tidak baik, (kualitas) spermanya pun bisa jadi jelek,” tuturnya.
Sebaliknya, penelitian medis menunjukkan, laki-laki usia 70-80 tahun masih banyak yang spermanya oke.
Sebab yang bersangkutan selalu menempuh pola hidup sehat, sehingga sel-sel organ tubuh yang menopang kinerja dari testis – sebagai pabrik sperma - akan sehat juga.
Kesehatan erat kaitannya dengan gaya dan pola hidup. Misal, lama waktu kerja, istirahat cukup, olahraga teratur, pola makan yang baik, dan cara mengelola stres.
Faktor istirahat ikut berpengaruh karena pembentukan sperma di dalam buah zakar dan di dalam sel-sel prostat terjadi saat kita beristirahat.
Asupan gizi juga punya peran vital. Makanan yang berprotein cukup, tidak berlemak tinggi, zinc, kalsium, kalium, mangan, dan beberapa kandungan vitamin (vitamin C, E, dan A) sangat dibutuhkan dalam pembentukan sperma.
Sebaliknya, hindari rokok dan alkohol, sebab dapat membuat pertumbuhan sperma menjadi tidak normal.
Sejak dari kandungan
Seorang laki-laki dikatakan mandul jika spermanya tidak bisa membuahi sel telur perempuan.
Setidaknya, ada dua penyebab kegagalan pembuahan ini.
Pertama, bisa karena pembentukan sperma tak sempurna atau karena “pabrik”- nya di testis mengalami gangguan.
Akibatnya jumlah sperma menjadi sedikit, bentuknya abnormal, atau sperma langsung mati usai diproduksi. Semua itu biasanya terjadi karena pola hidup yang buruk.
Baca: Ini Jenis Olahraga yang Bisa Meningkatkan Kesuburan dan Kualitas Sperma
Kedua, testis sendiri sudah abnormal dari sono-nya. Ini yang disebut faktor lahir.