TRIBUNNEWS.COM – Kualitas sperma dari kakek-kakek yang sudah ubanan belum tentu kalah jika dibandingkan dengan anak muda.
Usia memang tidak terlalu berpengaruh pada sperma. Meski tetap ada syarat-syaratnya.
Tak jarang kita mendengar tentang kaum perempuan yang dipersalahkan karena tidak mampu menghasilkan anak, lalu dicap “mandul”.
Akibatnya, sang suami merasa berhak untuk mencari istri kedua. Meski pada kenyataannya, upaya itu tidak selalu berhasil menghadirkan sang buah hati.
Mari kita perhatikan fakta berikut. Dari 39,8 juta perempuan subur di Indonesia, 10-15% di antaranya infertil.
Di lapangan, angka ketidaksuburan ini akan semakin meningkat karena penentunya ternyata bukan kaum hawa semata.
Sebab kenyataannya tidak semua pria memiliki sperma yang tokcer.
Dokter Luki Satria, SpOG, dari Fertility Center Rumah Sakit Ibu dan Anak Jakarta, mengatakan, kaum pria menyumbang 40% gangguan kesuburan.
Hampir semua gangguan itu akibat rendahnya kualitas sperma. Cirinya, sperma kurang gesit dan lincah atau jumlahnya kurang dari 500.000/ml.
Baca: Kehamilan dari Sperma Pria yang Sudah Meninggal Jadi Sorotan di Australia
Akibatnya kemungkinan pembuahan hanya 0-17% dan kehamilan 0-5% saja. “Jikalau kualitasnya seperti itu, bisa dipastikan bakal sulit punya keturunan,” tutur Luki.
Muda belum tentu baik
Sayangnya, meski kondisi sperma tidak menguntungkan, tidak semua ditangani dengan tepat. Alih-alih menanganinya secara benar, bahkan pemahaman tentang sperma pun terkadang masih salah.
Dokter Ferryal Loetan, ASC&T, Sp.RM, M.Kes, konsultan seks dan spesialis rehabilitasi, membenarkan masih banyak yang tidak tahu beda antara sperma dan air mani.
Salah kaprah lain adalah adanya anggapan pertambahan usia menyebabkan kualitas sperma akan menurun.
Padahal kualitas sperma bergantung pada kesehatan tubuh. Faktor umur justru tidak berpengaruh banyak.
“Seorang laki-laki yang masih muda kalau pola hidupnya tidak baik, (kualitas) spermanya pun bisa jadi jelek,” tuturnya.
Sebaliknya, penelitian medis menunjukkan, laki-laki usia 70-80 tahun masih banyak yang spermanya oke.
Sebab yang bersangkutan selalu menempuh pola hidup sehat, sehingga sel-sel organ tubuh yang menopang kinerja dari testis – sebagai pabrik sperma - akan sehat juga.
Kesehatan erat kaitannya dengan gaya dan pola hidup. Misal, lama waktu kerja, istirahat cukup, olahraga teratur, pola makan yang baik, dan cara mengelola stres.
Faktor istirahat ikut berpengaruh karena pembentukan sperma di dalam buah zakar dan di dalam sel-sel prostat terjadi saat kita beristirahat.
Asupan gizi juga punya peran vital. Makanan yang berprotein cukup, tidak berlemak tinggi, zinc, kalsium, kalium, mangan, dan beberapa kandungan vitamin (vitamin C, E, dan A) sangat dibutuhkan dalam pembentukan sperma.
Sebaliknya, hindari rokok dan alkohol, sebab dapat membuat pertumbuhan sperma menjadi tidak normal.
Sejak dari kandungan
Seorang laki-laki dikatakan mandul jika spermanya tidak bisa membuahi sel telur perempuan.
Setidaknya, ada dua penyebab kegagalan pembuahan ini.
Pertama, bisa karena pembentukan sperma tak sempurna atau karena “pabrik”- nya di testis mengalami gangguan.
Akibatnya jumlah sperma menjadi sedikit, bentuknya abnormal, atau sperma langsung mati usai diproduksi. Semua itu biasanya terjadi karena pola hidup yang buruk.
Baca: Ini Jenis Olahraga yang Bisa Meningkatkan Kesuburan dan Kualitas Sperma
Kedua, testis sendiri sudah abnormal dari sono-nya. Ini yang disebut faktor lahir.
Bisa jadi saat masih di kandungan dulu, sang ibu mengonsumsi makanan tertentu hingga menyebabkan pembentukan dan pertumbuhan organ tubuh janin kurang sempurna, termasuk testis.
Sialnya, kelainan ini baru diketahui pada saat yang bersangkutan sudah dewasa.
Kualitas sperma yang menurun seiring bertambahnya usia, tentu saja dipengaruhi oleh sel-sel tubuh lain yang telah ngedrop.
“Sel dalam organ tubuh manusia itu juga ada umurnya dan bisa menua. Maka hanya bisa diperlambat, tidak bisa dihentikan proses menuju tua itu lantaran ini hal yang alamiah,” kata Ferry.
Menurunnya kualitas sperma akibat penuaan organ-organ tubuh, bukan berarti “kiamat”.
Kualitas bisa ditingkatkan lagi, misalnya dengan mengonsumsi obat-obatan tertentu atas rekomendasi dokter.
Hanya saja perlu dipastikan dulu apakah testis tidak bermasalah. Kalau pabriknya sudah telanjur rusak, bakal sulit atau bahkan tidak dapat lagi diobati.
Diganti regenerasi
Kualitas sperma bisa diketahui lewat pemeriksaan di laboratorium.
Di sana, sperma yang berukuran sangat kecil yakni 0,005 mm – lebih kecil dari sel telur – diintip dengan mikroskop. Jumlahnya minimal harus 20 juta per mililiter.
Anda yang beruntung diberi sperma berkualitas baik, juga tidak boleh jemawa. Sebab, kalau tidak bisa menjaga kesehatan tubuh, kualitas sperma bisa anjlok dan menjadi mandul.
Karena itu usahakan untuk selalu cukup beristirahat, hindari stres, olahraga teratur, tidak merokok dan tidak mengonsumsi alkohol.
Sperma yang rusak memang akan diganti seiring terjadinya regenerasi. Hanya saja syaratnya testis tidak bermasalah.
Bagi pasangan suami-istri yang kebetulan tengah mengalami kendala sulit mempunyai keturunan, sebaiknya segera melakukan pemeriksaan (pre-marital conseling).
Di sana, kesuburan pihak pria dan perempuan akan diteliti. Juga akan diajarkan teknik-teknik yang bagus dan hal-hal apa yang perlu diperhatikan dalam mengembangkan kehidupan seksual yang baik dan sehat.