Laporan Wartawan Tribunnews.com, Apfia Tioconny Billy
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA — Banyak orangtua yang memilih menyekolahkan anaknya lebih cepat dari umur biasanya.
Semua dimulai dengan memasukan anak ke taman kanak-kanak (TK), bahkan saat ini banyak sekolah-sekolah yang memiliki program untuk anak-anak dibawah usia balita atau dibawah 5 tahun.
Namun ternyata ada faktor negatif jika terlalu cepat menyekolahkan anak yakni si kecil bisa lebih musah terkena gangguan Attention Deficit Heyperaxtivity Disorder (ADHD).
Gangguan ADHD adalah gangguan perilaku seperti kurang fokus saat memperhatikan sesuatu, dan lebih suka untuk terus bergerak atau hyperaktif.
Baca: Mengantisipasi Anak yang Sulit Fokus dan Cenderung Hiperaktif
Dilansir dari Healthline, menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) di Amerika Serikat presentase anak-anak yang didiagnosis mengidap ADHD naik hampir 38 persen dari tahun 2003 ke 2016.
Peneliti kasus ADHD pada anak yang terlalu cepat sekolah di Amerika Serikat, Timothy Layton menyarankan agar orangtua kembali mempertimbangkan menjadikan buah hatinya ‘anak bungsu’ di kelasnya.
“Orangtua harus memikirkan kembali agar anak tidak menjadi yang paling muda di kelasnya, yang dapat memberikan banyak kerugian,” tutur Timothy kepada Healthline.
Layton, peneliti lainnya anak-anak yang mengidap ADHD juga terpengaruh dari obat-obatan yang mereka konsumsi, yang tidak bisa diprediksi jangka waktunya.
“Faktor utama yang memprihatinkan adalah mereka yang juga mengonsumsi obat dan tidak paham konsuekensi jangka panjangnya,” kata Layton.