TRIBUNNEWS.COM – Diare menduduki peringkat pertama penyakit langganan anak. Disusul ISPA alias infeksi saluran pernapasan atas, seperti batuk, pilek disertai demam.
Meski tidak kelewat membahayakan, dalam arti mengancam jiwa secara langsung, diare kalau tidak diatasi dengan baik bisa memburuk.
Diare, bila tidak ditangani bisa menyebabkan dehidrasi.
Pada dasarnya, diare berkaitan dengan tingkat higienis yang rendah.
Diare sendiri sebenarnya bukan penyakit. Melainkan salah satu gejala adanya gangguan/penyakit infeksi saluran cerna.
Penyebabnya bisa virus rota, disentri, kolera, tifus, hepatitis A, giardiasis, cryptosporidiosis, E-coli, giardia, norovirus, dan salmonelosis maupun sigelosis.
Lalu bagaimana mewaspadai diare yang mengarah ke kondisi parah?
Disebut diare jika si kecil buang air besar (BAB) lebih dari 4x dalam kurun waktu 24 jam atau 1x BAB encer dan menyembur (mencret).
Baca: Paniknya Sandra Dewi Saat Anaknya Demam Hingga Diare
Sedangkan warna feses sendiri tidak bisa dijadikan patokan. Bisa kuning, hijau, pu-tih, atau kehitaman.
Diare pada anak bisa disebabkan oleh rotavirus, bakteri, atau bahan yang tidak dibutuhkan tubuh.
Namun umumnya akibat rotavirus yang masuk lewat mulut (bisa dari mainan yang dipegang-pe-gang atau digigit-gigit, dot, em-peng, peralatan maupun makanan dan minumannya yang kebersihannya kurang terjaga.
Begitu juga bila tangan si anak maupun yang mengolah dan menyajikan makanan kotor.
Bagaimana menangani anak yang diare? Tak usah kelewat panik/khawatir berlebih karena tubuh memiliki mekanis-me yang tangguh dalam melawan penyakit.
Mencret, contohnya, tak lain adalah mekanisme per-tahanan si anak untuk menge-luarkan penyakit atau hal lain yang tidak dibutuhkan tubuh.