TRIBUNNEWS.COM - Seorang ibu baru sering mengalami kebingungan saat harus menyusui bayinya. Sebab, mereka harus mencari posisi menyusui yang tepat agar ia dan bayinya nyaman.
Bukan sekadar nyaman, ternyata posisi menyusui pun bisa berpengaruh pada kesuksesan bayi menyusui. Jika salah memosisikannya, bisa jadi bayi tidak ingin menyusu.
Pada dasarnya, menentukan posisi menyusui yang tepat sudah bisa dipelajari sejak Anda masih hamil. Jadi, ketika bayi sudah lahir, Anda tidak lagi kebingungan.
Baca: Tips Meningkatkan Produksi ASI
“Karena kalau baru dipelajari setelah bayinya sudah lahir, malah jadi panik, karena bayi sudah keburu nangis. Nanti ibunya juga jadi baper duluan,” ujar dr. Wiyarni Pambudi, Sp.A, IBCLC.
Menurut Wiyarni, posisi menyusui yang paling baik adalah posisi yang nyaman menyesuaikan kondisi masing-masing ibu dan bayi.
“Kalau ibu dalam kondisi fit, mungkin dia nyaman duduk, bayinya digendong nempel ke badan.
Tapi, kalau pada saat malam atau ibu ingin lebih rileks, posisi berbaring sebenarnya paling disarankan,” jelas Wiyarni beberapa waktu lalu.
Baca: Overdosis Vitamin A Bisa Tingkatkan Risiko Patah Tulang
Biasanya para ibu baru sering melihat contoh gambar-gambar posisi menyusui yang banyak beredar dan mereka jadikan contoh, sayangnya posisi yang sering ada di gambar itu kurang tepat.
“Contoh banyak posisi ibu duduk terus bayinya dipangku. Mangkunya aja sudah beda. Pose mangkunya harus bayi menghadap ke badan ibu. Harus lurus tegak, jadi minumnya enak,” kata Wiyarni.
Baca: Mahfud MD Ungkap Soal Sosok 'Pengadu Domba' Saling Serang ternyata 1 Komplotan, Cuma Mau Buat Kacau
Salah satu posisi menyusui yang harus dipopulerkan kepada para ibu menyusui adalah laid back position atau biological nurturing, yaitu posisi ibu sambil bersandar nyaman saat menyusui bayi.
“Ibu menyusui sambil posisinya rebahan, tapi tidak benar-benar tidur, ada penyangga. Tujuannya agar dia bisa nyaman lihat bayinya. Otot rileks dan bayi nyaman. Ini bisa dikerjakan dalam kondisi apapun, saat lelah maupun setelah operasi sesar,” imbuh Wiyarni beberapa waktu lalu.
Baca: Mengetahui Kemungkinan Penyebab Anak Mengalami Obesitas dan Cara Mencegahnya
Apabila posisi menyusui itu nyaman, maka peletakan mulut bayi pada payudara Moms pun lebih tepat, artinya bayi mengambil bagian payudara sebanyak-banyaknya.
“Kalau bayi tidak bisa mengambil payudara sebanyak-banyaknya, dia hanya di ujung putingnya, ini tidak bisa memerah kelenjar ASI,” ungkap Wiyarni saat ditemui di Fakultas Kedokteran, Universitas Tarumanegara, Jakarta.
“Kalau bayi mengambil banyak payudara, kelenjar ASI di bawahnya akan diperah, alhasil ASI yang keluar pun akan lebih banyak karena kantongnya yang diperah,” tambahnya menjelaskan.
Selain itu, apabila posisi menyusui tidak tepat pun ternyata bisa meningkatkan kemungkinan puting lecet pada Moms, akibat dari cara mengisap yang tidak benar dilakukan oleh bayi.
“Kalau peletakannya tidak benar, kalau bayi mengisapnya hanya di ujung, terus lidanya bisa kena puting, padahal puting itu sangat sensitif,” ujar Wiyarni saat diwawancarai Nakita.id.
Sedangkan apabila bayi bisa meletakan mulut dengan benar di payudara, otomatis lidanya tidak akan terkena puting, melainkan mengenai kulit payudara ibu.
Maka dari itu, posisi menyusui yang tepat dan nyaman memang sangat berpengaruh pada bayi agar lebih cepat kenyang karena lebih banyak mendapatkan ASI, serta mencegah terjadinya puting lecet.
Frekuensi Bayi Menyusu
Hal yang patut orangtua ketahui mengenai kebiasaan menyusu pada bayi baru lahir ialah frekuensi bayi menyusu setiap harinya.
Anda harus tahu jika bayi baru lahir memiliki frekuensi menyusu yang berbeda-beda menyesuaikan dengan usia mereka, misalnya yaitu bayi baru lahir di hari pertama mereka hanya menyusu 4 sampai 6 kali.
“Bayi baru lahir di hari pertama dia masih akan banyak tidur, ini kalau tidak disampaikan pada ibu, ibunya bisa cemas. Karena dia tidak tahu, kok bayi tidur terus ya. Akhirnya bayi dibangun-bangunin supaya menyusu,” ujar yang akrab disapa dokter Oei.
Setelah masuk hari kedua pascapersalinan, bayi akan mengalami peningkatan bertahap dalam menyusu, mulai dari 7 hingga 10 kali.
Begitu pun di hari-hari selanjutnya, frekuensi menyusu bayi baru lahir akan terus meningkat dan sering, yang terkadang memunculkan anggapan jika bayi lapar terus-menerus.
“Kalau keluarga tidak tahu, pasti akan beranggapan bayinya kok lapar terus, jangan-jangan ASI nya sedikit. Padahal itu adalah hal yang normal yang semua bayi akan minta seperti itu,” jelas dokter Oei.
Hal ini dikarenakan volume ASI yang dapat masuk ke perut bayi baru lahir tidak banyak dan ASI tersebut sangat mudah diserap oleh tubuh bayi.
Namun, ketika bayi berusia satu bulan, frekuensi menyusunya mulai berkurang, biasanya cukup 8 kali dalam sehari.
"Kemudian 3 bulan juga berkurang, apalagi kalau sudah 6 bulan, di mana bayi sudah mendapatkan makan. Berkurangnya ini bukan hanya frekuensi, tapi juga durasi menyusu, karena dia makin cerdas jadi makin ngerti nyusunya,” tutur Wiyarni.(*)