Dalam tempo sepuluh bulan, biji yang disemai bisa berkembang menjadi pohon kelor setinggi 3 m. Kalau ia dibiarkan bisa mencapai 8 - 12 m.
Sayangnya tanaman ini berbatang lunak dan getas. Sering pula dijumpai batang pohon kelor keropos karena digerogoti larva serangga yang bersarang di dalamnya.
Getah yang keluar dari batang pohon yang digerogoti serangga mula-mula berwarna putih, lalu berubah kecokelatan setelah terkena udara.
Baca: 8 Manfaat Daun Kelor Bagi Tubuh, Bisa Kurangi Resiko Diabetes Juga Loh
Umur enam bulan, tanaman kelor sudah mulai belajar berbunga, sebelum berlanjut menjadi buah. Malai bunganya sepanjang 10- 30 cm, berwarna putih kekuningan.
Tidak seperti tanaman lain, bunga kelor bisa muncul sepanjang tahun, nyaris tidak mengenal musim.
Bunga yang tidak telanjur rontok oleh angin atau hujan akan terus berkembang menjadi buah.
Buahnya yang mirip kacang polong, oleh sebagian masyarakat Jawa disebut klenthang, memiliki panjang 20 – 45 cm.
Di balik kulit buah yang keras, setiap polong buah kelor menyimpan 10-15 butir biji kelor. Berat setiap biji tanpa kulit ari rata-rata 2,5 g.
Daunnya berupa daun majemuk. Setiap tangkai daun sepanjang antara 20 - 60 cm terdapat sirip-sirip daun yang terdiri atas 8-10 pasang anak daun.
Anehnya masing-masing anak daun juga punya tangkai. Setiap lembar daun kelor berukuran kecil, panjang 1 - 3 cm.
Maka, tepat kalau ada pepatah berbunyi “dunia tak seluas daun kelor" karena daun kelor memang amat sangat sempit!
Daun berbentuk bulat telur kecil itu akan semakin kecil dan tipis saat tiba musim kering. Yang menjadi ciri khasnya, bila daun itu diremas-remas segera menimbulkan bau langu.
Baca: Mukjizat Daun Kelor Gerakkan Ekonomi di Lombok
Tanaman multiguna
Meskipun tidak terkenal, tanaman kelor masih menyimpan pamor di kalangan tertentu. Hampir setiap bagian dari tanaman itu dapat dimanfaatkan, termasuk akarnya.