Antara lain, bisa sebagai bahan kertas, bahan kosmetik, bahan minyak pelumas, obat tradisional, dan sebagai sumber pangan.
Bunga kelor pun dapat dimasak, selain menyediakan nektar bagi lebah madu. Oleh sebagian masyarakat kita, daun, bunga, dan buah kelor muda biasa disayur bobor.
Meski kurang populer, menurut yang pernah mencicipi, rasanya sedap seperti asparagus. Namun, ada sedikit rasa pahitnya.
Bahkan, di India, buah kelor dimasak kari dan diawetkan dalam kaleng untuk dijual di supermarket. Apalagi kalau menilik nilai gizinya, tanaman kelor tidak bisa dipandang sebelah mata.
Soalnya, daun kelor memiliki kadar vitamin A dan C cukup tinggi.
Demikian yang pernah dilaporkan Michael D. Benge, dari Badan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi AS, di Washington DC, pada tahun 1987.
Selain itu, daun kelor juga dikenal kaya kalsium (Ca) dan zat besi (Fe). Juga sebagai sumber fosfor yang baik.
Begitu pula buah mudanya bersifat sukulen (berkadar air tinggi) dan tinggi kandungan proteinnya. Sementara, biji buahnya yang tua dan kering menyimpan kadar minyak (lemak) nabati 35 - 40%.
Komposisi asam lemaknya meliputi, asam oleat, asam linoleat, asam eikosanoat, asam palmitat, asam stearat, asam arakhidat, dan lainnya.
Kalau daun dan buah mudanya dapat langsung disayur, biji kelor tua bisa untuk bahan baku pembuatan obat dan kosmetika.
Begitu pun minyak pelumas yang biasa digunakan oleh tukang arloji, juga bisa diproduksi dari biji kelor.
Pemanfaatannya sebagai tanaman obat pun bukan hal baru. Daun kelor ditumbuk halus bisa ditorehkan pada luka untuk mempercepat penyembuhan.
Hal ini masuk akal karena kelor mengandung semacam zat antibiotik yang dikenal sebagai zat pencegah infeksi.
Demikian juga ketika digunakan sebagai obat kompres dapat menurunkan panas badan akibat demam.
Baca: Gubernur NTT, Viktor Laiskodat Ajak Masyarakat Pakai Sampo Dari Tanaman Kelor