Sebagian besar orang setuju bahwa sekolah adalah agen sosialisasi utama bagi masyarakat, bahkan sejak mereka masih kanak-kanak. Selain keluarga inti di rumah, sekolah adalah tempat yang paling berpengaruh dalam penanaman nilai-nilai sejak dini dalam berbagai hal, salah satunya kesehatan.
Pernyataan di atas juga sejalan dengan misi Enesis Group perusahaan fast moving consumer goods (FMCG) yang berdiri sejak 1988, dalam upaya menanamkan perilaku hidup sehat sejak dini. Oleh karena itu, Enesis Group akan memfokuskan kegiatan corporate social responsibility (CSR), yaitu melalui edukasi, informasi, dan pemberdayaan masyarakat dengan anak-anak sebagai target utama
Program yang berfokus pada tatanan sekolah ini akan diwujudkan melalui kolaborasi dengan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia yang akan berjalan selama tiga tahun ke depan.
Kamis (11/7), Enesis menandatangani Memorandum of Understanding (MoU) dengan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia pada puncak peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia di Auditorium Prof. Dr. G.A. Siwabessy, Gedung Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta Selatan.
Disaksikan oleh Menteri Kesehatan RI Nila Farid Moeloek, Enesis Group menyepakati perjanjian kerja sama berupa CSR berkelanjutan untuk meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat Indonesia.
“Ini adalah bentuk tanggung jawab sosial kami dan Kementerian Kesehatan untuk mendukung pencapaian sustainable development goals di bidang kesehatan. Melalui perpanjangan MoU ini, kami akan terus menjaga hubungan kerja sama yang baik,” papar Asraf Razak, Head of Legal Enesis Group saat ditemui Tribunnews seusai penandatanganan MoU.
Kemenkes Kembali Perpanjang Hubungan Kerja Sama dengan Enesis Group
Keputusan memperpanjang kerja sama dinilai sebagai langkah tepat dalam rangka meningkatkan kesadaran masyarakat akan kesehatan, sebagaimana dinyatakan oleh Riskiyana Sukandhi Putra, Direktur Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Kemenkes RI.
“Ini bukan sekadar slogan. Saya kira ini hal yang baik ya, teman-teman di dunia usaha mau memperhatikan tanggung jawab sosial di masyarakat. Mereka bekerja sesuai dengan khas pendekatan masing-masing,” ujar Riskiyana yang juga ditemui seusai penandatanganan MoU.
Selain itu, ada alasan khusus mengapa Kemenkes memutuskan untuk memperpanjang kerja sama dengan Enesis Group, di antaranya karena program-program yang diajukan Enesis Group mudah diaplikasikan untuk masyarakat luas.
“Kami memilih bukan dari segi uang yang diberikan, tetapi impact-nya terhadap masyarakat seberapa besar, bagaimana mereka memecahkan masalah masyarakat dengan cara-cara mudah diaplikasikan untuk masyarakat, dan bagaimana program itu bisa berkelanjutan,” tambah Riskiyana.
Enesis Group tanamkan edukasi cegah DBD kepada anak-anak
Ini bukan kali pertama Enesis mendapat kesempatan untuk berkolaborasi bersama Kemenkes. Sejak 2015, Enesis Group telah bermitra dengan Kemenkes untuk secara konsisten melakukan edukasi pencegahan Demam Berdarah Dengue (DBD) melalui puskesmas di beberapa kota di Indonesia.
Masyarakat pasti sudah akrab dengan Soffell, losion anti nyamuk yang populer di Indonesia. Mengusung produk ini, Enesis Group telah melakukan program sosialisasi pencegahan gigitan nyamuk yang efektif. Misalnya, dengan melalui gerakan 3M+, di mana selain menguras, menutup, dan mengubur, ada pula mengoleskan losion anti nyamuk.
Elkana Lewerissa, Head of Public Relations Enesis Group mengatakan, tujuan sosialisasi ini senada dengan upaya pemerintah untuk mengurangi dan mencegah penyebaran DBD. “Tidak hanya demam berdarah, tetapi mencegah masyarakat dari gigitan nyamuk yang menyebabkan penyakit-penyakit lainnya,” terang Elkana.
Selama tiga tahun ke belakang, Enesis Group lebih banyak memfokuskan program sosialisasi dan pemberdayaan kepada masyarakat dewasa. Namun, mulai 2019 mereka akan fokus menyasar anak-anak melalui sekolah-sekolah yang tersebar di empat kota di Indonesia, yakni Malang, Denpasar, Bandung, dan Yogyakarta.
Elkana kembali menekankan pentingnya sosialisasi pencegahan DBD sejak dini. “Ada baiknya jika sosialisasi ini sudah dilakukan sejak dini. Nah, dalam tiga tahun berikutnya ini kita fokus jalankan program di sekolah. Mengapa? Karena sosialisasi sejak dini itu lebih efektif,” paparnya
Berbagai program menarik pun akan dilaksanakan, seperti penganugerahan Dokter Cilik yang dipilih dari siswa sekolah, di mana mereka akan berlaku sebagai jumantik (juru pemantau jentik) yang dapat menjelaskan cara mencegah nyamuk kepada keluarga dan lingkungan pergaulannya.
“Nantinya, diharapkan mereka bisa jadi jumantik di keluarganya masing-masing dan teman-temannya. Bisa dibilang mereka akan jadi ambassador mengenai edukasi pencegahan gigitan nyamuk,” kata Elkana.
Selain itu, akan digelar pula workshop membuat lavitrap, yakni perangkap telur nyamuk yang dapat dibuat swakarya.
Perilaku Hidup Sehat dan Bersih sejak dini, Program CSR terbaru Enesis Group
Tak hanya fokus pada sosialisasi pencegahan DBD, dalam perpanjangan kontrak kemitraan dengan Kemenkes terbaru Enesis Group juga akan menggalakan sosialisasi Perilaku Hidup Sehat dan Bersih (PHBS) sejak dini. Salah satunya melalui gerakan cuci tangan.
Cuci tangan dinilai penting bagi kesehatan sebab dapat mencegah penyakit, seperti diare, tifus, hingga hepatitis. Oleh karena itu, Enesis Group ingin menularkan perilaku hidup bersih dan sehat kepada masyarakat melalui anak-anak di sekolah, yaitu melalui gerakan cuci tangan dengan Antis, produk pembersih tangan antiseptik andalan Enesis Group.
“Nah, untuk PHBS ini kami akan melakukan semacam gerakan cuci tangan, salah satunya program cuci tangan menggunakan Antis. Kami ingin memberitahu kalau cuci tangan tidak hanya bisa pakai sabun, tetapi bisa pakai antiseptik juga,” terang Elkana.
Tujuan CSR Enesis Group: kami tidak mau jadi CSR ‘siluman’
Enesis Group berharap selama tiga tahun ke depan dapat melaksanakan program CSR ke banyak sekolah di kota-kota di Indonesia.
Namun, yang utama bukan soal kuantitas wilayah yang disasar, melainkan kontinuitas atau kesinambungan dari program yang dilakukan.
Enesis Group tidak ingin melakukan program CSR ‘siluman’, alias program yang hanya dilakukan sekali di satu tempat tanpa ada kegiatan berkelanjutan.
“Ya, jangan seperti CSR ‘siluman’, program yang sekali dilakukan kemudian hilang begitu saja. Kita mau maintain keberlanjutan dari kegiatan CSR itu. Misalnya, dalam suatu sekolah per enam bulan ini kita lihat perkembangan yang mereka lakukan. Atau bisa juga dilakukan dalam bentuk kompetisi atau kerja bakti. Kita pantau setiap bulan,” ujar Elkana
Inilah yang menjadi keunggulan dari program CSR kesehatan Enesis Group. Pemberdayaan masyarakat akan diupayakan sebagai proses yang berkelanjutan, bahkan dapat ditularkan dari generasi ke generasi.
Dengan begitu, edukasi mengenai langkah pencegahan DBD dan penanaman pola hidup sehat dapat menjadi investasi jangka panjang bagi anak-anak.
“Harapannya, setelah melakukan program secara intens selama tiga tahun, akan ada perubahan pola hidup sehat dari masyarakat, terutama anak-anak ya. Kebiasaan hidup sehat dan bersih sudah tertanam sejak kecil. Itu investasi jangka panjang dari kami,” pungkas Elkana.(*)
Reporter: Bardjan