TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sebagai salah satu penyebab utama morbiditas dan mortalitas di seluruh dunia, kanker tercatat memiliki 18,1 juta kasus baru dan 9,6 juta kematian pada tahun 2018 menurut data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Di Indonesia, kanker payudara merupakan kanker dengan jumlah kasus terbanyak dan salah satu penyumbang kematian tertinggi pada wanita.
Merujuk data Kementerian Kesehatan Republik Indonesia yang dikeluarkan pada 31 Januari 2019, tercatat angka kanker payudara 42,1 per 100.000 penduduk, dengan rata-rata kematian 17 per 100.000 penduduk.
“Lebih kurang 30% kanker payudara baru terdeteksi setelah kondisi metastasis atau telah menyebar ke bagian tubuh lain dan 30% terdeteksi saat kanker sudah memasuki stadium lanjut, suatu kondisi yang menyebabkan sulit sembuh," kata Direktur MRCCC Siloam Hospitals Semanggi dr. Adityawati Ganggaiswari, M.Biomed saat seminar kesehatan terkait onkologi bertema “A New Approach for the Prevention and Treatment of Breast Cancer - Introducing the Road Map of Breast Cancer Care Alliance (BCCA)” pada Sabtu (24/8/2019).
Baca: 5 Tahun Jadi Pelatih Vokal BLACKPINK, Shin Yoo Mi Ungkap Kekagumannya dengan Rose
Dikatakanya, dari angka itu hanya 40% di antaranya yang sudah didiagnosis saat masih dalam tahap awal sehingga masih besar kemungkinan untuk sembuh.
Ada berbagai cara yang dapat dilakukan untuk deteksi dini kanker payudara, antara lain dengan melakukan SADARI (Periksa Payudara Sendiri) dan SADANIS (Periksa Payudara Klinis).
Baca: Diam-diam Jalani Operasi Pembesaran Payudara, Ibu Muda Ini Meninggal di Meja Operasi
SADARI dapat dilakukan oleh setiap perempuan sehat tanpa perlu datang ke dokter, pada rentang hari ke-7 hingga 10 setelah hari pertama menstruasi dimana payudara sedang dalam kondisi paling lunak.
Sementara itu, SADANIS merupakan pemeriksaan payudara yang dilakukan oleh tenaga kesehatan terlatih.
"Bila ditemukan adanya benjolan, perubahan kulit payudara, atau keanehan pada puting payudara, pasien akan disarankan untuk menjalani pemeriksaan lanjutan dengan USG atau mamografi," katanya.
SADARI dan SADANIS penting dilakukan untuk mencegah kanker ditemukan di stadium akhir, yang memiliki tingkat kematian tinggi.
"Kita harus sadar bahwa kanker payudara merupakan penyakit mematikan yang menjadikan wanita sebagai target utamanya. Semakin dini deteksi, semakin besar pula kemungkinan untuk sembuh,” tambah dr. Adityawati.
Pada seminar awam ini, MRCCC Siloam Hospitals Semanggi juga memperkenalkan Breast Cancer Care Alliance (BCCA), pusat layanan yang berfokus pada perawatan dan pengobatan kanker payudara.
Tim ahli yang terdiri dari dokter spesialis seperti bedah onkologi, hematologi onkologi, onkologi radiasi, serta tenaga medis penunjang lainnya yang tergabung dalam BCCA bekerja sama secara erat dalam memandu setiap langkah pasien, memberikan pelayanan medis dengan penuh komitmen, dan dukungan kasih kepada pasien selama menjalani perawatan dan pengobatan kanker payudara.
Baca: Pria Berpendidikan Rendah Lebih Tinggi Risikonya Kena Kanker Hati
Berlokasi strategis di pusat kota Jakarta, MRCCC Siloam Hospitals Semanggi merupakan rumah sakit swasta pertama di Indonesia yang menyediakan pelayanan untuk menangani berbagai macam penyakit kanker mulai dari deteksi dini, bedah atau terapi, hingga perawatan paliatif.
MRCCC Siloam Hospitals Semanggi merupakan rumah sakit modern dan nyaman, didukung para dokter spesialis bedah onkologi dan sub-spesialis onkologi, serta tenaga medis kompeten dan berpengalaman untuk memberikan pelayanan medis prima secara tepat, efektif, dan menyeluruh demi upaya penyelamatan dan pemulihan pasien. Peralatan medis mutakhir, seperti PET-CT Scan, LINAC dengan teknologi RapidArc , MRI 3 Tesla, dan CT Scan 256 Slice juga dihadirkan untuk menunjang pelayanan kepada pasien.