News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Eksklusif Tribunnews

ODHIV Terpaksa Pinjam Obat Pasien Lain karena Stok ARV Terbatas

Editor: Deodatus Pradipto
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Aktivis Indonesia AIDS Coalition (IAC) Ferry menunjukan obat HIV/AIDS saat melakukan sesi wawancara dengan Tribunnews, di Jakarta, Kamis (28/11/2019). TRIBUNNEWS/DANY PERMANA

Laporan wartawan Tribun Network Fransiskus Adhiyuda, Theresia Felisiani, Apfia Tioconny Billy, Lusius Genik, Deodatus Pradipto

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketersediaan antiretroviral (ARV) di Indoensia memasuki zona merah meskipun obat tersebut krusial bagi orang dengan HIV/AIDS. Selain ketersediaanya yang terbatas, harga ARV juga relatif mahal.

Tribun Network menelusuri ketersediaan ARV di apotek-apotek di Kota Depok, Jawa Barat pada Jumat (29/11) lalu. Seorang apoteker di apotek Kimia Farma di Kota Depok. Ketika Tribun Network menanyakan ketersediaan ARV di apotek tersebut, apoteker menjawab stok obat tersebut sedang kosong di gerai mereka.

"Stok kami sedang kosong, tapi kalau mau bisa coba dipesankan," ujar apoteker itu.

Tribun Network menanyakan jenis ARV yang mereka jual. Mereka menjual ARV jenis Neviral Neviprapine dan Duviral Lamivudine Zidovudine. Harga satu botol Neviral Nevirapine adalah Rp350.300,-, sedangkan Duviral Lamivudine Zidovudine adalah Rp429.000,- per botol.

Tribun Network kemudian menanyakan kapan obat-obat tersebut bisa didapatkan jika inden.

"Misalnya ada, nanti sore atau malam sudah ada, tapi kalau kita pesan sedikit, agak lebih lama," kata apoteker tersebut.

Informasi yang dihimpun Tribun Network, Kimia Farma adalah satu dari dua distributor ARV di Indonesia. Kimia Farma mendistribusikan ARV sejak 2004. Satu distributor lainnya adalah PT Indofarma Global Medika sejak Juli 2018. Hingga berita ini diturunkan Tribun Network belum mendapatkan konfirmasi dari Kimia Farma soal ketersediaan ARV di Indonesia.

Obat antiretroviral untuk mengobati infeksi HIV diberikan kepada ODHA setiap bulannya yang berkunjung ke Ruang Carlo Rumah Sakit St Carolus, Jakarta, Kamis (28/11/2019). Ruang Carlo yang dibuka pada tahun 2009 ditujukan sebagai sarana memberikan dukungan dalam bentuk pencegahan, pengobatan, dan pusat layanan perawatan khususnya mengenai Infeksi Menular Seksual (IMS), Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) serta penyakit lanjut yang memerlukan pendampingan. Ruangan yang dikhususkan untuk Orang dengan HIV/AIDS (ODHA) itu berawal dari gerakan kesadaran para dokter, perawat dan pengurus di Rumah Sakit St Carolus akan pentingnya pengobatan HIV yang terintegrasi dalam sistem dan kontrol pelayanan kesehatan. Keberadaan Ruang Carlo memberi kesempatan bagi ODHA dan keluarganya mendapatkan kembali kualitas dan makna hidup serta melawan stigma buruk masyarakat. TRIBUNNEWS/HERUDIN (TRIBUNNEWS/HERUDIN)

Iman Abdurrakhman, advocacy officer Pusat Penelitian HIV/AIDS Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya, menuturkan permasalahan ketersediaan ARV mungkin tidak terasa di DKI Jakarta dan sekitarnya. Namun demikian, distribusi ARV tidak merata ke seluruh wilayah di Indonesia. Akibatnya, banyak orang dengan HIV dan orang dengan AIDS kesulitan melanjutkan perawatan.

"Di Jakarta belum terasa dampaknya. Di Manado banyak yang sudah putus. Mereka yang di sana sampai teriak-teriak," tutur Iman kepada Tribun Network di Jakarta, Jumat (29/11/2019) lalu.

ARV krusial bagi seorang ODHIV dan ODHA. Obat ini memang tidak bisa menyembuhkan mereka, namun setidaknya bisa mencegah virus HIV berkembang dan mengurangi risiko penularan. ODHIV dan ODHA harus minum obat ini secara disiplin, tepat waktu dan seumur hidupnya.

"Masih lebih baik kalau mengulang dari nol. Kalau nanti jadi resisten, bagaimana," kata Iman soal dampak yang bisa terjadi akibat perawatan HIV terganggu.

Direktur Eksekutif Indonesia AIDS Coalition (IAC) Aditya Wardhana (kiri) menunjukan obat HIV/AIDS saat melakukan sesi wawancara dengan Tribunnews, di Jakarta, Kamis (28/11/2019). TRIBUNNEWS/DANY PERMANA (TRIBUN/DANY PERMANA)

Direktur Eksekutif Indonesia AIDS Coalition‎ (IAC) Aditya Wardhana mengatakan stok obat antiretroviral (ARV) yang dikeluarkan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) untuk menekan virus HIV/AIDS dalam tubuh orang dengan HIV/AIDS (ODHIV/ODHA) sudah menipis.

Aditya mengatakan beberapa obat ARV berada di ambang kekurangan atau dalam kondisi merah.
ODHIV dan ODHA kerap memutar otak untuk mengatasi ketersediaan ARV yang tipis atau bahkan kosong.

Halaman
123
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini