Alasan kedua, hampir seluruh masyarakat China, terutama yang tinggal di daerah perkotaan padat penduduk, belum mengaplikasikan standar kebersihan diri dan lingkungan yang baik alias masyarakatnya masih banyak yang jorok.
Tingginya kontak dengan hewan, tanpa pengamanan yang cukup, membuat risiko penularan infeksi penyakit dari hewan ke manusia meningkat.
"Tidak mengherankan wabah berikutnya terjadi di China, atau dari bagian bumi sebelah sana," tutur Woolhouse.
Baca Juga: Hasil Riset, Diet Mediterania Bantu Tingkatkan Peluang Hamil
Pakar virologi dari University of Nottingham, Profesor Jonathan Ball, menyebut dugaan awal virus corona baru ini bermula di pasar ikan kota Wuhan.
Di mana, mamalia laut seperti paus Beluga yang lazim dijual-belikan di China, memiliki kemampuan membawa virus corona.
Namun tak menutup kemungkinan, virus corona baru ini juga bisa berasal dari ayam, kelelawar, kelinci, hingga ular yang juga diperjualbelikan di tempat yang sama.
Ball mencontohkan penularan SARS yang awalnya bermula dari kelelawar lalu menular ke kucing sebelum akhirnya menginfeksi manusia. Ada pula penyakit MERS yang sebelum menginfeksi manusia, lebih dahulu mewabah di unta.
Pasar Seafood Huanan sendiri adalah pasar tradisional yang menjual bebagai barang kebutuhan sehari-hari. Namun pasar ini juga menjual benda tak lazim, termasuk hewan liar hidup atau siap olah menjadi makanan.
Berbagai hewan liar yang dijual sebut saja rubah, anak serigala, buruk merah, unta, burung unta, koala, dan landak.
Penjual di pasar tersebut juga menawarkan jasa potong dan pengiriman bagi konsumen yang ingin membeli hewan eksrem tersebut.
Baca Juga: Cara Memasak Nasi Yang Salah dan Berbahaya Bagi Kesehatan, Perhatikan!
Lantas, mengapa orang China gemar menyantap hewan liar yang tak lazim untuk dikonsumsi?
Dilansir dari South China Morning Post, menurut ekonom politik independen, Hu Xingdou, alasan budaya, ekonomi, dan politik masih jadi alasan mengapa orang China suka makan hewan liar dan eksotis.