Laporan Wartawan Tribunnews.com, Apfia Tioconny Billy
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA — Ada anggapan di Indonesia yang menyebutkan kalau orang marah-marah identik dengan penyakit darah tinggi atau hipertensi.
Lalu bagaimana sebenarnya dari sisi medis, benarkah marah-marah bikin darah tinggi?
Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah, Ario Soeryo Kuncoro memastikan kalau hal itu hanya mitos saja.
“Rasanya sebetulnya ini mitos, kalau menurut saya tidak semua orang yang sering marah-marah otomatis menderita tekanan darah tinggi,” kata dr. Ario saat ditemui di Jakarta Pusat, Kamis (20/2/2020).
Memang memungkinkan saat orang marah tekanan darahnya meningkat karena segi medis peningkatan aktivitas bisa membuat tekanan darah naik.
“Kalau sedang marah kalau diukur tekanan darahnya pasti naik, tetapi itu bukan berarti itu dia mengalami tekanan darah tinggi,” ucap dr. Ario.
Selain marah contoh simple lain yang bisa membuat tekanan darah meningkat tapi dalam batasan wajar seperti orang yang jongkok kemudian berdiri.
Dr. Ario menekankan seseorang dinyatakan hipertensi jika tekanan darah tingginya terus menerus bukan fluktuatif atau beberapa kali saja.
“Hipertensi itu adalah kondisi peningkatan tekanan darah yang menetap jadi bukan fluktuatif,” tutur dr. Ario.
Kemudian hipertensi sendiri memiliki gejala seperti sakit kepala, penglihatan kabur, penurunan kesadaran, kejang, nyeri dada, sesak napas, mual, muntah, hingga kelemahan anggota gerak.