Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, MOSKWA - Para Ilmuwan Rusia menilai pandemi virus corona (Covid-19) tidak terlalu berpengaruh pada kondisi bayi dan menganggap hal ini disebabkan karena protein yang terkandung dalam Air Susu Ibu (ASI) yang melindungi sistem kekebalan tubuh mereka.
Saat ini, para ilmuwan itu pun tengah mencoba membuat obat baru berdasarkan penelitian tersebut.
Seperti yang disampaikan seorang Peneliti senior di Institute of Gene Biology dari Akademi Ilmu Pengetahuan Rusia, Igor Goldman dalam wawancaranya dengan portal media News.ru.
"Kami telah melihat sangat sedikit kasus bayi yang terjangkit virus corona di antara jutaan orang yang terinfeksi," kata Goldman.
Baca: Viral Cuitan Dokter Soal Bobroknya Penanganan Corona di Surabaya, Pemkot Angkat Bicara, Ini Faktanya
Baca: Kamis Ini, Eks Komisioner KPU RI Wahyu Setiawan Jalani Sidang Perdana Kasus Suap PAW Anggota DPR RI
Baca: BMKG: Peringatan Dini Kamis, 28 Mei 2020, Waspada 15 Wilayah Berpotensi Hujan Petir Disertai Angin
Baca: Putri Ratna Sarumpaet, Atiqah Hasiholan Pertanyakan Istilah New Normal: Saya Ogah Normal Kayak Gini
Ia menjelaskan bahwa ini memberi timnya ide untuk mencoba menguji laktoferin, salah satu jenis protein yang banyak terkandung dalam ASI dan telah dikenal memiliki banyak manfaat, khususnya dalam membentuk sistem kekebalan tubuh pada bayi.
Dikutip dari laman Russia Today, Kamis (28/5/2020), para Ilmuwan meyakini bahwa laktoferin pada dasarnya bekerja sebagai stimulan kekebalan yang sangat dapat meningkatkan kemampuan manusia dalam memerangi virus dan bakteri.
Dampaknya tidak hanya pada kekebalan tubuh bayi saja, namun juga pada orang dewasa, hal ini telah dilihat para Ilmuwan Rusia itu dalam aplikasi medis protein yang diteliti selama beberapa waktu.
Bersama dengan rekan-rekan mereka dari Belarusia, para Ilmuwan ini mengembangkan protein yang dimodifikasi dengan gen yang identik dengan manusia, namun diekstraksi dari susu kambing tahun 2007.
Protein yang disebut neolactoferrin ini dianggap memiliki sifat anti-bakteri, anti-virus dan anti-jamur.
Ini juga menunjukkan kemampuan yang layak untuk menghambat aktivitas virus seperti rotavirus, hepatitis C dan HIV, sebagai bagian dari tes laboratorium.
Para Ilmuwan meyakini bahwa protein itu bahkan bisa membantu memerangi bakteri yang super kebal terhadap antibiotik modern.
"Gagasan untuk menggunakan hasil penelitian ini dalam melawan infeksi virus seperti corona, memiliki dasar ilmiah yang berakar pada studi selama satu dekade terhadap neolaktoferin yang dilakukan bersama dengan Institut Imunologi Rusia," jelas Goldman.
Saat ini, para Ilmuwan pun percaya bahwa protein dapat merangsang imunitas adaptif pada orang yang menderita corona dan mengurangi tingkat gejala yang mereka alami.
Itu juga secara teoritis dapat melindungi mereka yang sehat dari paparan infeksi virus ini dan protein tersebut berpotensi memiliki sistem yang serupa dengan vaksin.
Hal itu karena laktoferin biasanya akan melakukan pencegahan agar virus tidak menempel pada sel dan bereproduksi.
Kendati demikian, Ahli Imunologi Rusia Vladimir Bolibok mengatakan bahwa masih terlalu dini untuk menilai seberapa efektif obat baru itu dalam memerangi virus corona.
Sejauh ini, para pengembang obat telah mengirimkan beberapa sampel obat baru untuk dilakukan uji coba awal yang memperoleh dukungan dari Badan Medis dan Biologi Federal Rusia, sebuah badan kesehatan publik nasional yang bekerja di bawah koordinasi Kementerian Kesehatan negara itu.