Laporan Wartawan Tribunnews.com, Eko Sutriyanto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Di saat masa pandemi Covid-19, masih ada sebagian warga yang sakit atau harus operasi merasa ketakutan untuk ke rumah sakit.
Mereka memiliki kekhawatiran akan ketularan Covid-19 dari penderitanya.
Lantas bagaimana prosedur penanganannya operasi jantung ?
Ahli jantung dari Siloam Hospitals Kebon Jeruk, dr Maizul Anwar Sp.BTKV mengatakan, sebenarnya tidak ada yang perlu dikhawatirkan melakukan operasi jantung di saat pandemi ini.
Baca: Nyeri Dada Tak Selalu Disimpulkan Penyakit Jantung, Ketahui Masalah kesehatan dengan Gejala Tersebut
Baca: Operasi Tak Berarti Aman, Jika Gaya Hidup Tidak Sehat Bisa Kembali Memicu Masalah Pada Jantung
Kuncinya, rumah sakit menjalankan protokol kesehatan bagi pasien dan tenaga medis untuk memastikan keamanan dan kesehatan bersama.
"Sebelum jadwal operasi diberikan kepada pasien, proses skrining dan pemeriksaan COVID-19 akan dilakukan terlebih dahulu," katanya saat temu media via zoom, Jumat (13/6/2020).
Prosesnya pasien terlebih dahulu mengikuti tes cepat (rapid test) atau dengan metode usap (swab) untuk mengetahui apakah pasien positif terinfeksi COVID-19 atau tidak.
"Jika hasil tes positif, maka tim dokter menyarankan agar pasien menunda operasinya, dengan catatan kondisi pasien itu tidak darurat atau tidak memerlukan operasi dalam waktu cepat," kata pimpinan Siloam Heart Institute (SHI) ini.
Penyakit jantung, merupakan salah satu faktor risiko pada COVID-19 sehingga jika dioperasi saat pasien masih positif COVID-19 akan memperburuk keadaan pasien.
Baca: Masih Muda Sudah Ubanan, Ketahui Penyebabnya
Untuk itu, pasien tersebut harus mengikuti perawatan penanganan COVID-19 dahulu dan diberi pengobatan dan setelah sembuh baru dioperasi untuk memulihkan kerja jantungnya.
"Jika kondisi jantungnya tidak lagi normal dan memerlukan operasi, maka pasien harus dioperasi. Jangan takut, karena dilakukan sesuai dengan prosedur yang baik," katanya.
Penyakit jantung merupakan salah satu masalah kesehatan utama dan penyebab nomor satu kematian di dunia.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan lebih dari 17 juta orang di dunia meninggal akibat penyakit jantung dan pembuluh darah.