Hal ini mengacu pada sistem penguncian (lockdown) yang mulai dilonggarkan di negara itu, dan bisa saja memunculkan kasus corona gelombang kedua.
Hancock pun bersikeras bahwa program karantina yang tepat harus dilakukan.
Kabar terkait pengobatan efektif pertama yang diklaim ampuh obati pasien corona ini pun akan segera ditindaklanjuti karena steroid ini tersedia secara luas dan murah, serta memberi harapan baru bagi penurunan angka kematian akibat pandemi corona.
Seperti yang disampaikan Sekjen Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus yang menanggapi positif kabar tersebut.
"Ini adalah kabar bagus dan saya mengucapkan selamat kepada pemerintah Inggris, Universitas Oxford, dan banyak rumah sakit di Inggris yang telah berkontribusi pada terobosan ilmiah yang menyelamatkan nyawa ini," kata Adhanom.
Sebelumnya, para peneliti yang dipimpin oleh tim dari Universitas Oxford telah memberikan dexamethasone kepada lebih dari 2.000 pasien dengan gejala Covid-19 parah.
Sejak 1 Juni lalu, Inggris memang telah secara bertahap mulai keluar dari penerapan sistem lockdown, sejalan dengan roadmap yang diumumkan sebelumnya.
Peraturan pertama yang diterapkan adalah mengurangi aktivitas warga di luar ruangan, di taman maupun ruang publik.
Kemudian pada pekan ini, negara itu memasuki tahap kedua dari relaksasi lockdown.
Namun kebijakan seperti membuka kembali toko-toko non-esensial, kebun binatang dan taman hiburan, serta mengirim siswa kembali ke sekolah, masih menjadi pertanyaan yang belum diputuskan.
Sementara terkait sektor pariwisata dan travel, semua pendatang baru yang memasuki Inggris harus dikarantina selama 14 hari.
Para wisatawan asing ini juga harus memberikan rincian kontak kepada pemerintah Inggris terkait lokasi di mana mereka akan menginap selama masa karantina itu.