TRIBUNNEWS.COM - Seiring dengan pelonggaran kebijakan pembatasan berskala besar, sebagian masyarakat Indonesia sudah mulai kembali beraktivitas di luar rumah.
Meski demikian, masyarakat dianjurkan untuk tetap menerapkan protokol kesehatan seperti dengan menjaga jarak fisik dan mengenakan masker saat beraktivitas di luar ruangan, termasuk ketika berolahraga.
Menurut pakar fisiologi UGM, dr. Siswanto, Sp.P, penggunaan masker ketika berolahraga sendiri aman untuk kesehatan dan tidak akan mengganggu fungsi paru-paru.
“Dari sisi fisiologi, kapasitas paru-paru kita itu jauh lebih tinggi 200 kali dari kapasitas jantung dan pembulu darah. Ketika berolahraga yang membutuhkan oksigen lebih banyak tubuh bisa beradaptasi, termasuk paru-paru,” terangnya.
Lantas, bagaimana banyak beredarnya informasi terkait kasus pesepeda yang meninggal dunia karena menggunakan masker?
Benarkah masker saat berolahraga berbahaya dan bisa mengganggu kerja organ tubuh?
Menurut Ssiwanto, kasus seperti ini, terangnya, kemungkinan besar disebabkan karena gangguan pada jantung atau pembulu darah, bukan karena permasalahan pada fungsi paru-paru.
Ia mengatakan bahwa sudah terdapat penelitian yang membandingkan kapasitas kebugaran seseorang yang berolahraga dengan menggunakan masker.
Penelitian tersebut menunjukkan bahwa tidak ada perubahan yang berarti pada fungsi paru maupun parameter metabolis pada orang tersebut.
Meski demikian, penggunaan masker ketika berolahraga bisa menimbulkan risiko jika seseorang telah memiliki riwayat penyakit sebelumnya.
Karena itu, intensitas dan jenis olah raga menurutnya perlu disesuaikan dengan kondisi tubuh dan riwayat kesehatan seseorang.
“Olahraga memang sebaiknya diresepkan, jadi orang tertentu dengan umur sekian dan riwayat penyakit tertentu, bisa ditentukan seperti apa olahraga yang baik,” jelasnya.
Di masa pandemi ini, ia menyarankan agar masyarakat tetap berolahraga untuk menjaga daya tahan tubuh, tetapi dengan intensitas yang tidak terlalu berat.
Nah, ketika menggunakan masker kerja pernapasan menggunakan tenaga yang lebih besar dari biasanya sehingga mudah menimbulkan kelelahan.
“Mungkin bisa diturunkan, kalau biasanya olahraga dengan intensitas berat sekarang jadi intensitas sedang. Kalau sebelumnya intensitas sedang sekarang ringan,” kata Siswanto.