News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Virus Corona

Penjelasan Dokter Tentang Emboli Paru yang Sempat Diderita Wali Kota Banjarbaru Usai Positif Corona

Editor: Anita K Wardhani
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Jenazah almarhum Wali Kota Banjarbaru Nadjmi Adhani dishalatkan di depan Taman Makam Bahagia, Landasan Ulin, Kota Banjarbaru, Kalimantan Selatan, Senin (10/8/2020).

TRIBUNNEWS.COM, BANJARBARU - Almarhum Wali Kota Banjarbaru H Nadjmi Adhani yang wafat pada Senin (10/8/2020) dinihari diketahui sempat mengidap emboli paru. Apakah itu?

Kabag TU Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Idaman Banjarbaru, Firmansyah yang ikut memonitor perkembangan kondisi Almarhum mengatakan, emboli paru yang dialami Almarhum diketahui pada Kamis, (6/8/2020).

"Hingga Minggu pagi, kondisi beliau masih sadarkan diri. Namun, pada Minggu sekitar pukul 10.00 WITA, kondisi beliau mulai turun. Memang sempat membaik, namun drop lagi pada malam hari," katanya, Senin, (10/8/2020).

Menurut dokter spesialis penyakit dalam, Dr. dr. H Mohammad Rudiansyah, M.Kes., SpPD-KGH, FINASIM, emboli paru disebabkan karena terjadinya trombosis yaitu pembekuan darah.

Baca: Selain Wali Kota, Sejumlah Pejabat di Kota Banjarbaru juga Terinfeksi Corona, Ini Data Kasusnya

Baca: Wali Kota Nadjmi Adhani Meninggal, SKPD di Banjarbaru Hari Ini Kibarkan Bendera Setengah Tiang

Tangkapan layar video Wali Kota Banjarbaru, Nadjmi Adhani mengumumkan dia dan istrinya tertular Covid-19 (tangkapan layar facebook Nadjmi Adhani)

Pembekuan tersebut yang menyebabkan penggumpalan darah dan bisa juga terjadi di saluran pembuluh darah paru.
Akibatnya, asupan darah ke jaringan paru terhambat.

Gejalanya, penderita emboli paru mengalami sesak napas tiba-tiba dan kemampuan bernafas mendadak turun.

"Dengan tidak ada suplai darah dan oksigen yang dibawa melalui darah sehingga terjadi serangan emboli paru. Sesak nafas tiba-tiba, mendadak turun," kata Rudiansyah kepada Banjarmasinpost.co.id, Senin (10/8/2020).

Dijelaskan Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Provinsi Kalsel ini emboli paru memang diketahui menjadi salah satu penyebab kematian yang cepat dan angka kematian pasien yang penderitanya tinggi.

Pasalnya perubahan kondisi kesehatan bisa sangat cepat.

Baca: Wali Kota Banjarbaru Berjuang Lawan Covid-19, Minta Alat ke Menkes, Diisolasi Hingga Meninggal

Baca: Meninggal karena Covid-19, Saat Disalatkan Jenazah Wali Kota Banjarbaru Ditempatkan di Mobil

Petugas mengusung peti jenazah almarhum Wali Kota Banjarbaru Nadjmi Adhani menuju Taman Makam Bahagia, Landasan Ulin, Kota Banjarbaru, Kalimantan Selatan, Senin (10/8/2020). (KOMPAS/JUMARTO YULIANUS)

"Emboli paru termasuk kegawatan, pencegahan dilakukan tapi tidak ada jaminan semua pasien bisa terlepas dari gejala itu," kata Rudiansyah.

Emboli paru menurut Rudiansyah juga merupakan salah satu penyakit komplikasi yang banyak muncul pada penderita covid-19 di samping serangan jantung atau pneumonia.

Kondisi emboli pembekuan darah yang menyebabkan penggumpalan darah menurutnya bisa juga disebabkan hal lain misalnya terjadi setelah tindakan operasi, setelah melahirkan atau pada pasien dengan riwayat kolesterol.

"Ada yang bisa cepat atau lambat terjadinya, kalau karena covid-19 ini termasuk cepat terjadinya dan risiko kematiannya tinggi," paparnya.

Hj Ririen Kartika Rini Nadjmi Adhani, isteri almarhum H Nadjmi Adjani, saat di pemakaman Taman Bahagia, Jalan A Yani Km 24, Landasan Ulin, Kota Banjarbaru, Provinsi Kalimantan Selatan ( Kalsel ), Senin (10/8/2020). (istimewa/HUMAS PEMKO BANJARBARU)

Tangis Pilu Sang Istri Dari Kursi Roda

Halaman
123
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini