Saat ini uji klinis fase 1 telah diajukan di Korea, di India dan Filipina uji klinis dilakukan kepada orang yang sehat dan pasien.
Perawatan sel punca "DWP710" juga sedang dikembangkan untuk perawatan "Sindrom Gangguan Pernapasan Akut (ARDS) dengan tingkat kematian pasien COVID-19 sebesar 40%.
Uji klinis Fase 1 sedang dilakukan di Indonesia untuk mengatasi gejala dispnea dan mengurangi tingkat kematian dengan efek kekebalan dan mengendalikan inflamasi pada pasien dengan menggunakan sel punca.
Wang-Shik Ryu, CEO Institut Pasteur Korea mengatakan, pihaknya menerapkan "phenomic screening" atau sistem skrining obat, yang merupakan sebuah sistem evaluasi obat berbasis citra sel.
"Pertama-tama, setelah membentuk cell-based assay, penyakit dapat diobati dengan obat melalui 384 well plates untuk mengobati banyak senyawa sekaligus, dan setelah mendapatkan citra sel yang diobati dengan obat tersebut, citra tersebut akan dianalisis kemanjurannya," katanya.
Institut Pasteur Korea merupakan lembaga penelitian ilmu hayati global yang berdedikasi untuk mengembangkan diagnosa, pencegahan, dan perawatan untuk penyakit menular.
Saat ini, Pasteur sedang mengembangkan tiga jenis obat yang sedang diuji klinis di dalam negeri dan internasional.
Napamostat sudah masuk uji klinis fase 2 di Senegal, Rusia dan Camostat sudah masuk uji klinis fase 2 di Meksiko.
"Kami berencana untuk menyelesaikan uji klinis pada paruh pertama tahun depan dan jika hasilnya sangat bagus, akan kami kirimkan ke Kementerian Kesehatan untuk mendapatkan persetujuan penggunaan darurat," katanya.
Disingggung mengenai obat untuk direposisi untuk dijadikan terapi Covid-19, Wang-Shik Ryu mengatakan, pihaknya memilih obat yang dapat menghambat pertumbuhan virus corona dalam kultur sel.
"Kami memilih obat dengan efek antivirus yang lebih kuat dibandingkan dengan remdesvir," katanya.