"Karena kita tahu bahwa kita punya banyak sekali bahan baku herbal yang sebenarnya juga penelitiannya sudah dilakukan, tapi masih ada tahapan-tahapan yang belum tuntas," kata Khayam.
Karena saat ini pelaku industri farmasi pun masih menghadapi banyak kendala, satu diantaranya terkait uji klinis.
"Ini yang kita inginkan sampai ke tahapan kelayakan ekonomi hingga uji klinisnya," jelas Khayam.
Executive Director Dexa Laboratories of Biomolecular Sciences (DLBS) Raymond R Tjandrawinata mengaku bahwa pihaknya telah mencari cara untuk mengatasi impor bahan baku obat.
"Kami berpikir bagaimana ketahanan bangsa ini menggunakan bahan baku yang berasal dari biodiversitas alam Indonesia," ujar Raymond.
Oleh karena itu, sejak beberapa tahun lalu Dexa Medica pun secara mandiri mendirikan laboratorium sendiri serta melakukan berbagai riset untuk menemukan bahan baku lokal yang cocok untuk produk mereka.
"Nah untuk itulah, sejak tahun 2005 kami sudah mendirikan suatu laboratorium dan juga aneka riset yang kami lakukan di Dexa medical untuk mencari bahan baku dari dalam negeri biodiversitas alam yaang bisa digunakan sebagai obat asli alam Indonesia," kata Raymond.
Pihaknya pun mencoba mencari tanaman yang dianggap memiliki keunggulan pada tiap daerah dan menggunakan pharmacology molecular untuk menghasilkan OMAI berupa fitofarmaka.
Raymond pun berharap seluruh fasilitas kesehatan di Indonesia mau beralih menggunakan OMAI.
Meskipun saat ini OMAI masih menjadi obat pelengkap dari obat-obatan kimia.
"Kami menggunakan pharmacology molecular dan akhirnya kami mendapatkan obat-obat OMAI berupa fitofarmaka yang sudah kami produksi. Nah ini semoga digunakan di semua klinik fasilitas kesehatan di Indonesia," pungkas Raymond.