"Melihat situasi pandemi di satu negara dan negara lainnya yang jauh berbeda, kami memperkirakan fluktuasi biaya medis secara signifikan akan terjadi pada tahun 2021," ungkap Dewita Anggraeni.
Vaksin Pemicu Ketidakpastian
Ketidakpastian lain yang terjadi sebagai akibat Covid-19 ialah kapan vaksin akan tersedia, siapa yang membayar atau menyediakannya.
Lalu, sejauh mana ketersediaannya, serta bagaimana pembagian biaya pengujian dan perawatan COVID-19 untuk tahun 2021, khususnya di antara pemerintah, perusahaan asuransi, dan pemberi kerja.
Tiga faktor teratas yang memengaruhi tren medis pada 2021
Pengumpulan data '2021 Global Medical Trends Survey' dilakukan sepanjang Juli hingga September 2020.
Dewita menjelaskan, survey ini dilakukan terhadap 287 perusahaan asuransi terkemuka dari 76 negara, dengan 29% respondennya berasal dari negara-negara Asia Pasifik.
Laporan tersebut menemukan bahwa hampir setengah dari perusahaan asuransi (49%) yang disurvei di Asia Pasifik memperkirakan kenaikan biaya medis akan tetap konstan selama tiga tahun ke depan.
Sementara 40% memperkirakan biaya yang akan terus meningkat.
Penyakit kanker (79%) menempati urutan pertama di antara tiga kondisi teratas yang mempengaruhi biaya kesehatan di Asia Pasifik, diikuti penyakit kardiovaskular (76%) dan gangguan muskuloskeletal dan jaringan ikat (42%).
Seperti tahun sebelumnya, penggunaan layanan yang berlebihan oleh praktisi medis, serta terlalu banyak rekomendasi perawatan kesehatan dikutip sebagai salah satu pendorong biaya paling signifikan, menurut survei yang dilakukan pada 75% responden.
Di saat yang bersamaan, lebih dari setengah responden (55%) juga melihat bagaimana anggota yang diasuransikan menggunakan perawatan secara berlebihan, yang menyebabkan biaya kesehatan semakin naik.
Selain itu, temuan tersebut juga melihat tiga faktor teratas yang mempengaruhi biaya perawatan kesehatan dan berada di luar kendali pemberi kerja dan vendor.
Motif mencari keuntungan dari penyedia layanan kesehatan muncul di tempat pertama, seperti disampaikan oleh 52% responden, diikuti oleh pengeluaran yang lebih tinggi untuk teknologi medis (49%) dan pengendalian serta pengobatan selama epidemi dan pandemi global (37%).
"Pandemi telah sangat meningkatkan kesadaran individu akan kesadaran dan kebersihan perawatan kesehatan pribadi," ujar Dewita.