Laporan Wartawan Tribunnews.com, Eko Sutriyanto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Organisasi Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO) mencatat saat ini kanker masih menjadi penyebab kematian kedua secara global dan bertanggung jawab atas sekitar 9,6 juta kematian pada 2018.
Secara global, sekitar 1 dari 6 kematian disebabkan oleh kanker.
Di Jepang, kanker telah menjadi penyebab utama kematian sejak tahun 1981, dan sekitar 1 dari 3,7 orang meninggal karena kanker.
Kementerian Kesehatan Tenaga Kerja dan Kesejahteraan Jepang mendorong adanya tes pendeteksian kanker berdasarkan bukti ilmiah.
Dengan kata lain, atas dasar kemajuan dunia pengobatan, deteksi dini dan pengobatan kanker mengangkat tingkat kelangsungan hidup pasien.
Baca juga: Manfaat Matcha dan Kopi, Bantu Turunkan Berat Badan hingga Penangkal Kanker
Dalam kasus kanker paru-paru, tingkat kelangsungan hidup 5 tahun untuk stadium II adalah sekitar 60%, tetapi bila masih pada stadium 0, tetap di 97%.
Bahkan jika kita terkena kanker, meningkatkan tingkat kelangsungan hidup melalui deteksi dini memberi kontribusi baik dalam mempertahankan dan meningkatkan kualitas hidup maupun menghemat biaya perawatan kesehatan.
Kondisi ini mendorong Toshiba menghadirkan teknologi yang memungkinkan deteksi dini kanker dengan mengukur konsentrasi mikroRNA dalam darah yang disekresikan oleh sel.
Kehadiran sel kanker menghasilkan peningkatan kadar molekul mikroRNA tertentu dalam darah dan Toshiba telah mengembangkan metode elektrokimia unik untuk mendeteksi perubahan ini.
Keunggulan dari teknologi ini terletak pada waktu deteksi dan biaya yang rendah.
Baca juga: Kumpulan 9 Bahan Alami untuk Obati Kanker Usus, Kunyit hingga Bawang Putih
Koji Hashimoto, Anggota Senior, Nanomaterials and Frontier Research Laboratories, Toshiba Corporate Research and Development Center mengatakan, awalnya ia mempelajari teknologi pendeteksian DNA dengan menggunakan metode elektrokimia.
Saatr tahun 2010, Toshiba mengomersialkan diagnostik in vitro untuk mendeteksi human papillomavirus atau mikroorganisme patogen yang dikatakan sebagai penyebab kanker serviks.
"Ini karena DNA dan RNA memiliki struktur yang serupa, teknologi ini telah digunakan dalam pengembangan teknologi deteksi microRNA,” kata Koji Hashimoto dalam keterangan tertulis, Kamis (27/1/2021).