TRIBUNNEWS.COM - Berikut ini informasi seputar hipospadia, kelainan yang dialami atlet voli Indonesia, Aprilia Manganang.
Kontroversi mengenai jenis kelami atlet voli putri Tim Nasional (Timnas) Indonesia, Aprilia Manganang akhirnya terungkap.
Manganang yang selama ini menjadi atlet voli putra Indonesia itu dipastikan adalah seorang pria.
Hal ini seperti diutarakan langsung Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal TNI Andika Perkasa.
Jenderal bintang empat itu menegaskan bahwa Aprilia Manganang yang saat ini berdinas di TNI AD dengan pangkat Sersan Dua (Serda) itu lahir sebagai laki-laki dengan memiliki kelainan yang disebut hipospadia.
"Sersan Manganang ini bukan transgender, bukan juga interseks. Tidak masuk dalam kategori itu semua."
"Saya tahu definisinya dan tim dokter pun tahu semua definisinya. Karena memang kelainan yang dialami adalah hipospadia. Jadi selalu kembalikan ke situ," kata Andika Perkasa di Mabes AD dalam konferensi pers, Selasa (9/3/2021), dikutip dari Kompas TV.
Baca juga: Kenali 15 Macam Penyakit Akibat Kebiasaan Mengonsumsi Minuman Keras
Baca juga: 4 Kebiasaan Sehat Mencegah Penyakit Jantung
Lantas, apa itu hipospadia?
Dikutip dari Mayoclinic, hipospadia adalah cacat lahir (kondisi bawaan) di mana pembukaan uretra berada di bagian bawah penis bukan di ujung.
Uretra adalah saluran di mana urin mengalir dari kandung kemih dan keluar dari tubuh.
Dengan pengobatan hipospadia yang berhasil, kebanyakan pria dapat buang air kecil dan reproduksi normal.
Gejala Hipospadia
Pada hipospadia, pembukaan uretra terletak di bagian bawah penis, bukan di ujung.
Dalam kebanyakan kasus, pembukaan uretra berada di dalam kepala penis.
Lebih jarang, bukaan ada di tengah atau pangkal penis.
Kemudian yang paling jarang, lubang berada di dalam atau di bawah skrotum.
Tanda dan gejala hipospadia di antaranya:
- Pembukaan uretra di lokasi selain ujung penis
- Lekukan penis ke bawah (chordee)
- Penampilan penis berkerudung karena hanya bagian atas penis yang tertutup kulup
- Penyemprotan tidak normal saat buang air kecil
Jenis Hipospadia
Dikutip dari cdc.gov, ada beberapa jenis hipospadia pada laki-laki, di antaranya:
- Subkoronal: Pembukaan uretra terletak di suatu tempat di dekat kepala penis.
- Poros tengah: Pembukaan uretra terletak di sepanjang batang penis.
- Penoscrotal: Pembukaan uretra terletak di tempat pertemuan penis dan skrotum.
Anak laki-laki dengan hipospadia terkadang memiliki penis yang melengkung.
Mereka mungkin memiliki masalah dengan pengeluaran urin yang tidak normal dan mungkin harus duduk untuk buang air kecil.
Pada beberapa anak laki-laki dengan hipospadia, testis belum sepenuhnya turun ke dalam skrotum.
Jika hipospadia tidak ditangani dapat menyebabkan masalah di kemudian hari, seperti kesulitan melakukan hubungan seksual atau kesulitan buang air kecil saat berdiri.
Penyebab dan Faktor Risiko Hipospadia
Penyebab hipospadia pada kebanyakan bayi tidak diketahui.
Dalam kebanyakan kasus, hipospadia dianggap disebabkan oleh kombinasi gen.
Faktor lainnya seperti hal-hal yang bersentuhan dengan ibu di lingkungannya, atau makanan atau minuman ibu, atau obat-obatan tertentu yang ia gunakan selama kehamilan.
Baca juga: Gangguan Ginjal Akut Bisa Pengaruhi Tumbuh Kembang Anak
Baca juga: Tujuh Penyakit Ini Perlu Diwapadai Saat Pasca Banjir, dari DBD Sampai Tipes
Dalam beberapa tahun terakhir, peneliti CDC telah melaporkan temuan penting tentang beberapa faktor yang mempengaruhi risiko memiliki bayi laki-laki dengan hipospadia:
- Usia dan berat: Ibu yang berusia 35 tahun atau lebih dan dianggap obesitas memiliki risiko lebih tinggi melahirkan bayi dengan hipospadia.
- Perawatan kesuburan: Wanita yang menggunakan teknologi reproduksi berbantuan untuk membantu kehamilan memiliki risiko lebih tinggi melahirkan bayi dengan hipospadia.
- Hormon tertentu: Wanita yang mengonsumsi hormon tertentu sebelum atau selama kehamilan terbukti memiliki risiko lebih tinggi melahirkan bayi dengan hipospadia.
Pengobatan
Perawatan untuk hipospadia tergantung pada jenis cacat yang dimiliki anak laki-laki tersebut.
Sebagian besar kasus hipospadia memerlukan pembedahan untuk memperbaiki defek.
Jika diperlukan pembedahan, biasanya dilakukan saat anak laki-laki berusia antara 3–18 bulan.
Dalam beberapa kasus, pembedahan dilakukan secara bertahap.
Beberapa perbaikan yang dilakukan selama operasi mungkin termasuk menempatkan pembukaan uretra di tempat yang tepat, memperbaiki lekukan di penis, dan memperbaiki kulit di sekitar pembukaan uretra.
Karena dokter mungkin perlu menggunakan kulup untuk melakukan beberapa perbaikan, bayi laki-laki dengan hipospadia sebaiknya tidak disunat.
(Tribunnews.com/Yurika)(Kompas TV/Gading Persada)