"Artinya kita membaca atau mecari referensi atau mungkin bertanya dan berdiskusi dengan orang-orang yang pernah mengalaminya itu tidak masalah."
Baca juga: Kesehatan Tubuh dan Mental Masyarakat Prioritas Utama di Tengah Pandemi Covid-19
"Karena itu sebenarnya bentuk kalau kita peduli terhadap diri kita. Tetapi jika sudah sampai mendiagnosis itu yang keliru."
"Karena ketika mendiagnosis itu ada konsekuensinya, yang pertama tadi kita jadi melabeli diri sendiri padahal itu tidak benar," terang dosen FK UNS ini.
Padahal ketika seseorang mendapat diagnosis tertentu. setelahnya akan ada tindakan yang harus diambil.
Tindakan tersebut juga harus terarah tidak bisa asal-asalan.
"Seharusnya ketika kita sudah terdiagnosis gangguan tertentu seharusnya kan ada tindakan."
"Jangan sampai self diagnose dan tidak ada tindakan yang terarah dari ahli dan self diagnose itu belum tentu benar."
"Jadi itu yang membuat self diagnose menjadi perilaku yang tidak tepat untuk dilakukan," ujarnya.
Baca juga: Manfaat Kesehatan yang Bisa Diperoleh dari Buah Nanas
Waspadai Sumber Tes Online
Memang di zaman yang serba digital seperti sekarang ini kita bisa dengan mudahnya menemukan berbagai platform untuk melakukan tes online terkait kondisi kesehatan mental seseroang.
Namun yang perlu menjadi catatan adalah, apakah sumber yang digunakan dalam tes online tersebut bisa dipercaya.
Tak hanya itu, sumber yang digunakan juga harus berdasar dari penelitian ilmiah.
Latus pun menegaskan, jika sumber tes online tersebut bisa dipercaya, biasanya hasilnya pun berupa kecenderungan bukan berupa diagnosis.
"Untuk tes online, pertama sumbernya dulu, apakah tes online itu bersumber dari orang-orang yang membuatnya bersumber dari penelitian ilmiah, kita perlu tahu itu."