News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Belum Selesai Perangi Covid-19, India Harus Hadapi Kasus Infeksi Jamur Hitam

Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Anita K Wardhani
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Anggota staf medis yang mengenakan APD membawa jenazah pasien Covid-19 di sebuah rumah sakit di Amritsar, India pada 24 April 2021. Belum Selesai Perangi Covid-19, India Harus Hadapi Kasus Infeksi Jamur Hitam

Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari

TRIBUNNEWS.COM, NEW DELHI - Pemerintah India telah memerintahkan pengawasan yang lebih ketat terhadap penyakit jamur langka yang menyerang pasien virus corona (Covid-19).

Perintah ini tentu saja menambah tekanan pada rumah sakit yang saat ini tengah berjuang menangani jumlah infeksi Covid-19 harian tertinggi di dunia.

Mucormycosis atau 'jamur hitam' biasanya menginfeksi orang yang memiliki gangguan pada sistem kekebalan tubuhnya.

Baca juga: Pasien Diabetes, Kanker dan Ginjal Rawan Terinfeksi Jamur Hitam

Baca juga: 2 Negara Bagian India Deklarasikan Infeksi Jamur Hitam sebagai Epidemi

Penyakit ini dapat menyebabkan hidung menjadi hitam atau berubah warna, penglihatan kabur, nyeri pada bagian dada, hingga kesulitan bernapas dan batuk darah.

Para dokter meyakini bahwa penggunaan steroid untuk pengobatan pasien (Covid-19) dengan kondisi parah, dapat menyebabkan kondisi pasien tersebut semakin parah.

Hal itu karena steroid diketahui merupakan obat yang mampu mengurangi kekebalan tubuh dan meningkatkan kadar gula.

Dikutip dari laman Al Jazeera, Jumat (21/5/2021), Menteri Kesehatan India Lav Agarwal mengatakan dalam sebuah suratnya kepada pemerintah negara bagian bahwa mucormycosis telah muncul sebagai tantangan baru bagi pasien Covid-19 yang menjalani terapi steroid serta mereka yang sebelumnya telah menderita diabetes.

"Infeksi jamur ini menyebabkan morbiditas dan mortalitas yang berkepanjangan diantara pasien Covid-19," kata Agarwal dalam surat tersebut, Kamis kemarin waktu setempat.

Agarwal memang tidak menyebutkan jumlah kasus mucormycosis yang terjadi secara nasional.

Namun di Maharashtra, salah satu negara bagian yang paling parah terkena infeksi Covid-19 gelombang kedua, telah melaporkan terjadinya 1.500 kasus mucormycosis.

Ia pun meminta pemerintah negara bagian itu mendeklarasikan mucormycosis sebagai 'penyakit yang harus diwaspadai' di bawah Undang-undang (UU) Epidemi.

Ini berarti mereka harus mengidentifikasi dan melacak setiap kasusnya.

Perlu diketahui, India pada hari Kamis kemarin melaporkan 276.110 infeksi baru Covid-19 yang terjadi selama 24 jam terakhir.

Angka ini sedikit lebih tinggi dari jumlah yang dilaporkan pada sehari sebelumnya, namun jauh di bawah level tertinggi 400.000 yang terlihat pada awal bulan ini di tengah munculnya gelombang kedua.

Sementara total kasus yang mencapai 25,77 juta menjadikan India sebagai negara dengan jumlah infeksi Covid-19 tertinggi kedua di dunia setelah Amerika Serikat (AS).

Sedangkan angka kematian naik 3.874 dalam semalam, menjadikan total penghitungan resmi kasus kematian menjadi 287.122.

Gelombang kedua Covid-19 yang telah menyebar jauh hingga ke kawasan pedesaan, ditambah beban munculnya kasus mucormycosis, tentunya semakin menghantam sistem kesehatan di pedesaan India yang tidak memiliki fasilitas serta tenaga medis yang memadai untuk mengatasinya.

SP Kalantari, seorang dokter yang berbasis di Sevagram, sebuah kota di negara bagian Maharashtra, mengatakan bahwa sebuah tim yang terdiri dari ahli bedah telinga, hidung dan tenggorokan, dokter mata serta ahli saraf sangat diperlukan untuk menangani pasien mucormycosis di sana.

"Sayangnya, tim semacam ini tidak ada di pedesaan," kata Kalantari.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini