TRIBUNNEWS.COM - Menjaga kesehatan tulang merupakan hal penting bagi setiap orang. Akan tetapi seiring bertambahnya usia, makin berkurang pula kemampuan tubuh dalam menyerap kalsium yang berfungsi untuk menjaga kepadatan tulang.
Bagi mereka yang mulai menginjak usia 40 tahun ke atas, hal ini perlu diwaspadai. Pasalnya, beberapa risiko kesehatan tulang, seperti pegal linu, rematik (radang sendi), osteoporosis, dan asam urat pun meningkat.
Mengingat hal tersebut, penting bagi pasien dan masyarakat untuk memahami betul mengenai penanganan, pengobatan, dan pencegahan berbagai jenis penyakit tulang.
Inilah yang mendorong Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI, Perhimpunan Reumatologi Indonesia, dan Perhimpunan Osteoporosis Indonesia (PEROSI) untuk bersama-sama menyelenggarakan Simposium National Rheumatology, Osteoporosis, and Herbal Medicine Update VI 2024 di Grand Rohan Hotel Yogyakarta, Minggu (15/9/2024).
Direktur Sido Muncul Irwan Hidayat turut hadir pada kegiatan ini sebagai pembicara. Dalam sesi wawancaranya, Irwan menyebut bahwa Sido Muncul mendukung kegiatan simposium ini dan berharap para dokter bisa mendapatkan pemahaman mengenai pabrik jamu dan obat herbal.
"Saya sebagai perwakilan dari pabrik jamu (Sido Muncul) berharap agar produk jamu bisa digunakan sebagai pendamping,” ucapnya.
Irwan kemudian menjelaskan bahwa ia memiliki pengalaman dengan kawannya yang menderita osteoporosis dan di saat yang sama mengalami sakit lambung saat harus mengonsumsi obat-obat farmasi. Saat itu, ia menyarankan untuk mengkonsumsi obat tradisional sebagai obat pendamping, tepatnya minum kunyit di samping memperbaiki pola makan.
Menurutnya, cara tersebut ia sarankan agar kawannya bisa meredakan penyakit lambungnya dengan obat herbal atau jamu, selagi juga berupaya memulihkan penyakit tulangnya.
“Meski tidak mengobati langsung, namun jamu dan obat herbal dapat menjadi obat pendamping,” jelas Irwan.
Pengenalan obat herbal ke masyarakat
Ketua Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK Universitas Gadjah Mada (UGM) Prof. Dr. dr. Nyoman Kertia, SpPD-KR, yang juga hadir sebagai pembicara dalam simposius ini, mengatakan bahwa masyarakat kerap enggan untuk mengobati penyakit tulang mereka ke rumah sakit dan dokter spesialis karena umumnya mereka akan menerima obat-obatan modern yang mengandung bahan kimia.
Pasalnya, banyak yang beranggapan penggunaan obat farmasi ini memiliki efek samping apabila dikonsumsi secara terus menerus.
“Obat-obatan modern ini dinilai terlalu mahal, memiliki banyak efek samping, dan efeknya ke pasien juga kurang maksimal. Sehingga yang menjadi poin adalah pengenalan obat herbal ke masyarakat Indonesia, karena Indonesia memiliki biodiversitas besar yang perlu dimanfaatkan dalam kesehatan,” ujar Prof. Nyoman pada kegiatan tersebut.
Menurut Prof. Nyoman, sebagai perusahaan jamu dan obat herbal terdepan di Indonesia, Sido Muncul memiliki peran penting dalam memperkenalkan obat herbal dan manfaatnya kepada masyarakat.
“Sido Muncul memiliki kualitas tertentu yang levelnya cukup tinggi. Sehingga saya berani untuk mengundang Pak Irwan untuk bisa berbicara dan menyakinkan para dokter bahwa obat herbal itu berkualitas, efektif, dan aman. Meskipun belum sepenuhnya bisa menggantikan obat kimia,” jelas Prof. Nyoman.
Pada kesempatan ini, Prof. Nyoman mengajak dokter dan tenaga medis untuk mulai memperkenalkan soal obat herbal. Saat ini, pengenalan obat herbal di dunia medis memang dinilai masih lemah, karena tidak semua universitas di Indonesia memberikan pendidikan yang tepat terkait obat herbal kepada mahasiswa kedokteran.
Padahal, menurut Prof Nyoman, mayoritas masyarakat Indonesia dulunya kerap mengkonsumsi jamu atau minuman herbal sebagai penopang kesehatan tubuh. Akan tetapi di zaman modern ini, banyak dokter dan apoteker yang tidak memahami manfaat dan ilmunya.
“Pengenalan obat herbal ini menjadi penting. Jadi, saya mengajak farmasi di bidang herbal, salah satunya Sido Muncul untuk masuk ke forum-forum ilmiah, entah di fakultas kedokteran, fakultas farmasi, atau universitas. Sehingga betul-betul kita perkenalkan dengan baik soal aturan minum herbal itu yang aman bagaimana dan jenisnya yang bagaimana,” ucap Prof. Nyoman.