Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, MASSACHUSETTS - Terlalu lama memandang layar gadget pada saat lampu dimatikan disebut berpotensi menimbulkan gangguan tidur atau penyakit lainnya.
Meski ramah lingkungan, efek cahaya biru (blue light) pada layar gadget bisa mempengaruhi tidur anda dan berpotensi menimbulkan penyakit.
Sebelum munculnya penerangan buatan, manusia hanya mengandalkan matahari sebagai sumber penerangan utama.
Dulu, orang-orang hanya menghabiskan waktu malam mereka hanya 'dalam kegelapan'.
Baca juga: Ruhut Sitompul: Kapolri Beri Atensi Pada Kasus Penipuan Gadget di Polres Jakarta Utara
Baca juga: Xiaomi Patenkan Teknologi Pengisian Baterai Lewat Suara di Ponselnya
Namun kini, sebagian besar negara di dunia ini memanfaatkan cahaya buatan untuk menerangi malam hari.
Mirisnya, pada malam hari, efek cahaya ternyata dapat membuat jam biologis tubuh menjadi 'berantakan'.
Tidak hanya tidur yang terganggu, karena penelitian menunjukkan bahwa cahaya buatan seperti blue light ini dapat berkontribusi sebagai penyebab kanker, diabetes, jantung hingga obesitas.
Lalu apa itu blue light?
Dikutip dari laman www.health.harvard.edu, Selasa (22/6/2021), tidak semua warna cahaya memiliki efek yang sama karena panjang gelombang biru yang bermanfaat pada siang hari lantaran meningkatkan perhatian, reaksi dan suasana hati, tampaknya bisa menimbulkan gangguan pada malam hari.
Selain itu, 'menjamurnya' elektronik yang dilengkapi layar serta pencahayaan hemat energi, meningkatkan paparan kita terhadap panjang gelombang biru, terutama setelah matahari terbenam.
Apa kaitan efek cahaya dan tidur ?
Setiap orang memiliki ritme sirkadian yang sedikit berbeda, namun rata-rata panjangnya adalah 24 dan seperempat jam.
Perlu diketahui, ritme sirkadian adalah jam internal yang mengatur proses penting dan fungsi tubuh.
Nah, kapan waktunya tubuh bangun dan tidur pun turut diatur oleh ritme sirkadian.
Ritme ini bekerja sama dengan otak dan dipengaruhi secara langsung oleh isyarat dari lingkungan, khususnya cahaya.
Dr Charles Czeisler dari Harvard Medical School menunjukkan bahwa pada 1981, waktu siang hari membuat jam internal seseorang menyesuaikan dengan lingkungannya, berbeda dengan malam hari.
Apakah paparan cahaya malam hari itu buruk untuk kesehatan ?
Beberapa penelitian menunjukkan adanya hubungan antara paparan cahaya di malam hari yang biasa kita peroleh saat harus menatap layar gadget ketika lembur atau mendapat shift malam, dengan penyakit seperti diabetes, jantung dan obesitas.
Namun ini belum bisa dijadikan sebagai bukti bahwa paparan cahaya malam hari menyebabkan kondisi ini, belum jelas pula mengapa hal itu bisa berakibat buruk bagi kita.
Sebuah studi Harvard menjelaskan sedikit tentang kemungkinan hubungan paparan blue light ini dengan diabetes dan kemungkinan obesitas.
Para peneliti menempatkan 10 orang pada jadwal yang secara bertahap mengubah waktu ritme sirkadian mereka.
Setelah 10 orang itu mengubah ritme sirkadian mereka, kadar gula darah pun meningkat, mendorong mereka pada keadaan pradiabetes.
Sedangkan kadar leptin, yakni hormon yang membuat orang merasa kenyang setelah makan, menjadi turun.
Paparan cahaya ternyata menekan sekresi melatonin, hormon yang mempengaruhi ritme sirkadian.
Bahkan cahaya redup pun dapat mengganggu ritme sirkadian dan sekresi melatonin seseorang.
Efek blue light dan tidur
Cahaya apapun memang dapat menekan sekresi melatonin, namun berbeda dengan blue light karena cahaya ini dapat melakukannya secara lebih kuat di malam hari.
Peneliti Harvard dan rekan mereka kemudian melakukan percobaan yang membandingkan efek 6,5 jam paparan blue light dengan paparan cahaya hijau (green light) dengan kecerahan yang sebanding.
Hasilnya, blue light menekan melatonin sekitar dua kali lebih lama jika dibandingkan cahaya hijau dan menggeser ritme sirkadian dua kali lipat dengan perbandingan 3 jam versus 1,5 jam.
Dalam studi lain tentang blue light, para peneliti di University of Toronto membandingkan tingkat melatonin orang-orang yang terpapar cahaya terang dalam ruangan namun mengenakan kaca mata pelindung blue light, dengan orang-orang yang terpapar cahaya redup biasa tanpa memakai kaca mata.
Kemudian ditemukan fakta, kadar hormon yang hampir sama pada kedua kelompok ini memperkuat hipotesis bahwa blue light adalah penekan kuat melatonin.
Ini juga menunjukkan bahwa pekerja shift malam dan mereka yang biasanya terjaga di malam hari, kemungkinan bisa melindungi diri mereka sendiri jika memakai kaca mata yang menghalangi blue light.
Jika anda ingin benar-benar menghindari efek buruk blue light, gunakanlah kaca mata khusus cahaya ini.
Karena kaca mata hitam murah yang memiliki lensa berwarna oranye tidak hanya akan menghalangi cahaya biru, namun juga warna cahaya lainnya.
Sehingga tidak cocok untuk digunakan di dalam ruangan pada malam hari.
Kaca mata yang khusus menghalangi cahaya biru dibanderol hingga 80 dolar Amerika Serikat (AS).
Bagaimana untuk melindungi diri anda dari efek blue light pada malam hari?
Nah, anda bisa menggunakan cahaya merah redup untuk malam hari, karena cahay merah cenderung tidak menggeser ritme sirkadian dan tidak terlalu menekan melatonin.
Anda juga disarankan untuk menghindari melihat layar terang dua hingga tiga jam sebelum tidur.
Jika anda bekerja pada shift malam atau banyak menggunakan perangkat elektronik pada malam hari, pertimbangkan untuk mengenakan kaca mata pelindung blue light atau memasang aplikasi yang menyaring panjang gelombang biru atau hijau di malam hari.
Kemudian anda juga bisa paparkan diri anda pada banyak cahaya terang di siang hari, ini akan meningkatkan kemampuan untuk tidur pada malam hari, serta suasana hati dan kewaspadaan anda di siang hari.