"Jika kondisi alergi terdiagnosis sejak awal dan dapat segera dikonsultasikan ke dokter, maka dapat dilakukan tata laksana yang tepat, sehingga tumbuh kembangnya optimal," tegas Prof Budi.
Menurutnya, anak-anak paling sering mengalami alergi seperti asma, rintis alergi, alergi makanan, dermatitis atopik, serta alergi protein susu sapi.
Ia menambahkan bahwa jika orang tua hanya mendiagnosa sendiri tanpa berkonsultasi dengan dokter dan mendapatkan diagnosis yang tepat, maka bisa muncul sederet dampak negatif.
"Dampak kesehatan (yang dapat dialami anak) yaitu (terhambatnya) tumbuh kembang anak serta meningkatkan risiko penyakit degeneratif seperti hipertensi atau sakit jantung di kemudian hari," kata Prof Budi.
Selain itu, ada pula dampak ekonomi dan psikologis yang harus dihadapi orang tua dan anak.
"Kemudian dampak ekonomi karena harus sering berobat ke dokter, serta dampak psikologis karena bisa timbul stress pada ibu dan anaknya," jelas Prof Budi.
Dalam mendukung program unggulan World Allergy Week, Business Head Morinaga - Kalbe Nutritionals, Dewi Angraeni meyakini bahwa setiap orang tua tentunya menginginkan anak tumbuh secara optimal, meskipun sang anak memiliki kondisi alergi.
Jika tumbuh kembang anak berlangsung optimal, mereka akan aktif dan tumbuh menjadi anak yang berprestasi.
Oleh karena itu, ia menilai penting untuk memberikan edukasi kepada para orang tua agar bisa peka dan dapat mendeteksi sejak dini terkait alergi yang dialami oleh anak.
"Orang tua perlu mengetahui bahwa si kecil yang alergi, tetap dapat tumbuh secara optimal dan berprestasi jika alerginya diatasi dengan deteksi secara dini. Untuk itu, Morinaga selalu berkomitmen meningkatkan edukasi dan akses nutrisi melalui program World Allergy Week," kata Dewi.