"Kejadian yang paling sering yaitu keluhan di saluran cerna seperti diare sebanyak 53 persen, kemudian kolik 27 persen," jelas Prof Budi.
Selain menyerang saluran cerna, gejala alergi susu sapi juga bisa dialami anak melalui saluran nafas.
Biasanya, anak akan mengalami batuk pada tengah malam menjelang pagi hari.
Terkait angka anak yang mengalami alergi susu sapi pada saluran nafas, gejala yang dirasakan antara lain asma dan rinitis.
"Gejala susu sapi bisa juga mengenai saluran nafas, misalnya batuk-batuk di malam hari ke arah pagi hari. Kejadian gejala di saluran nafas yaitu asma 21 persen, rinitis 20 persen," tutur Prof Budi.
Tidak hanya itu, gejala yang dialami anak yang alergi susu sapi juga bisa dirasakan pada kulit, dengan munculnya eksim atau dermatitis atopik, serta biduran atau urtikaria.
Namun untuk anak yang mengalami gejala pada kulit, didominasi oleh munculnya dermatitis atopik.
"Gejala alergi bisa muncul di kulit, organ ketiga, kebanyakan berupa eksim atau dermatitis atopik sebanyak 35 persen), sedangkan biduean atau urtikaria sebesar 18 persen," kata Prof Budi.
Sementara itu, anak yang mengalami gejala kategori berat berupa sistemik yakni timbulnya anafilaksis pada 11 persen anak dengan kondisi alergi susu sapi.
Ia menyampaikan bahwa alergi susu sapi merupakan salah satu alergi makanan yang paling sering dialami anak-anak di Asia.
Sedangkan di Indonesia, kasusnya mencapai 7,5 persen.
"Kejadian alergi susu sapi pada anak-anak di Indonesia yaitu 0,5 persen hingga 7,5 persen," jelas Prof Budi.
Prof Budi menekankan meskipun sebagian besar anak-anak dapat pulih dari gejala ini saat meninggalkan periode balita, namun alergi susu sapi patut diwaspadai.
Menurutnya, penting untuk segera melakukan konsultasi dengan dokter jika orang tua melihat anak memiliki gejala alergi ini.