Pfizer baru-baru ini mengatakan bahwa mereka akan meminta izin untuk suntikan booster di Amerika Serikat untuk meningkatkan kekebalan.
Di Indonesia, asosiasi dokter mengatakan penyakit penyerta (komorbid) mungkin berperan dalam kematian para petugas medis.
Di Chili, beberapa ahli menyebut lonjakan kasus terjadi setelah orang-orang langsung mengabikan protokol kesehatan setelah mendapatkan dosis pertama vaksin.
Prof Ben Cowling, kepala epidemiologi dan biostatik di University of Hong Kong, mengatakan meskipun memiliki "kemanjuran sederhana" terhadap gejala Covid, baik Sinovac dan Sinopharm memberikan "tingkat perlindungan yang sangat tinggi" terhadap penyakit parah.
"Itu berarti bahwa vaksin yang tidak aktif ini telah menyelamatkan banyak nyawa," katanya kepada BBC.
Bagaimana Varian Mempengruhi Vaksin
Sinovac dan Sinopharm hanya menguji kemanjuran vaksin terhadap virus yang pertama kali ditemukan di kota Wuhan di China.
Tidak ada data baru yang dipublikasikan tentang bagaimana efektivitas mereka terhadap varian baru.
Berdasarkan penelitian yang mencoba memodelkan perlindungan kekebalan dari virus, Prof Cowling memperkirakan perlindungan yang ditawarkan oleh vaksin "virus yang tidak aktif" terhadap varian Delta bisa 20% lebih rendah dibandingkan dengan varian aslinya.
Perhitungannya menunjukkan pengurangan yang lebih besar terhadap varian Beta yang pertama kali ditemukan di Afrika Selatan, yang merupakan salah satu yang paling berbeda dari virus aslinya.
Profesor Jin Dong-yan, seorang ahli virologi juga dari Universitas Hong Kong, mengatakan kepada BBC bahwa "diperkirakan" kemanjuran vaksin China akan turun terhadap varian baru, termasuk Delta.
Tetapi, dia mengatakan "Sinovac dan Sinopharm adalah vaksin yang baik" dan orang-orang yang tidak memiliki akses ke vaksin dengan kemanjuran yang lebih tinggi harus tetap menerima suntikan tersebut.
Namun, mereka harus terus mengikuti aturan jarak sosial dan langkah-langkah lain untuk mengekang infeksi.
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)
Berita lainnya seputar Vaksin Sinovac