TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Deddy Corbuzier baru-baru ini mengungkapkan kondisi kesehatannya yang drop karena mengalami badai sitokin di pekan kedua seusai dinyatakan negatif covid-19.
Apa itu badai sitokin? Berikut ulasan Tribunnews.com dari berbagai sumber.
Badai sitokin, seperti dikutip Kompas.tv, merupakan sindrom yang mengacu pada sekelompok gejala medis di mana sistem kekebalam tubuh mengalami terlalu banyak peradangan.
Akibatnya, organ gagal berfungsi dan memicu kematian.
Baca juga: Cerita Deddy Corbuzier Alami Badai Sitokin Usai Negatif Covid-19, Tiba-tiba Demam Tinggi
Baca juga: Usai Dinyatakan Negatif Covid-19, Badai Sitokin Perburuk Kondisinya, Deddy Corbuzier: Hancur Saya
Dokter spesialis paru RS Royal Taruma dan dosen di Universitas Trisakti, Rita Khairani menjelaskan, badai sitokin masih sangat mungkin menyerang meski virus covid-19 di dalam tubuh pasien sudah tidak ada.
Sementara, Penanggungjawab Logistik dan Perbekalan Farmasi RSUP Dr. Kariadi Semarang, Mahirsyah Wellyan TWH., S.Si., Apt., Msc., menjelaskan badai sitokin atau cytokine strom merupakan reaksi berlebih sistem kekebalan tubuh.
Ketika SARS-CoV-2 memasuki tubuh, sel-sel darah putih akan merespons dengan memproduksi sitokin.
Untuk dipahami, sitokin adalah protein yang dihasilkan sistem kekebalan tubuh untuk melakukan berbagai fungsi penting dalam penanda sinyal sel.
Sitokin tersebut lalu bergerak menuju jaringan yang terinfeksi dan berikatan dengan reseptor sel tersebut untuk memicu reaks peradangan.
“Pada kasus Covid-19, sitokin bergerak menuju jaringan paru-paru untuk melindunginya dari serangan SARS-CoV-2,” jelas Mahirsyah saat menjadi pemateri dalam Webinar tentang Upaya Pengobatan Covid-19 di Indonesia yang diadakan Politeknik Indonusa Surakarta bekerja sama dengan PC PAFI Surakarta, seperti dikutip Kompas.com, Sabtu (16/5/2020).
Dia menjelaskan, sitokin normalnya hanya berfungsi sebentar dan akan berhenti saat respons kekebalan tubuh tiba di daerah infeksi.
Pada kondisi badai sitokin, sitokin terus mengirimkan sinyal sehingga sel-sel kekebalan tubuh terus berdatangan dan bereaksi di luar kendali.
Paru-paru pun bisa mengalami peradangan parah karena sistem kekebalan tubuh berusaha keras membunuh virus.
Peradangan pada paru-paru itu sayangnya bisa terus terjadi meski infeksi sudah selesai.
Selama peradangan, sistem imun juga melepas molekul bersifat racun bagi virus dan jaringan paru-paru.
Tanpa penanganan yang tepat, fungsi paru-paru pasien dapat menurun hingga membuat pasien sulit bernapas.
Kondisi inilah yang kemudian bisa membuat pasien Covid-19 akhirnya meninggal dunia atau tak bisa bertahan.
“Maka sering pada pasien Covid-19 membutuhkan ventilator untuk membantu pernapasan,” jelas Mahirsyah.
Pengobatan pasien Covid-19
Dia menerangkan, interleukin-6 merupakan salah satu jenis sitokin yang terlibat pada proses inflamasi dan kanker.
Untuk pengobatan, Mahirsyah menyebut, obat anti-interleukin-6, seperti Tocilizumab dan Sarilumab telah digunakan pada uji klinis pasian Covid-19.
Selain itu, vitamin C juga perlu diberikan kepada pasien Covid-19.
Vitamin C bersifat antioksidan sehingga diduga dapat mengurangi keparahan badai sitokin.
Jadi, badai sitokin ini tergantung pada daya tahan tubuh atau sistem kekebalan tubuh dalam melawan virus yang masuk.
Apabila daya tahan tubuh kuat, virus yang masuk bisa dikalahkan dan pasien Covid-19 bisa sembuh.
Cerita Deddy Corbuzier Alami Badai Sitokin Usai Negatif Covid-19, Tiba-tiba Demam Tinggi
Kronologi Deddy Corbuzier Alami Badai Sitokin
Deddy Corbuzier menceritkan bagaimana kronologi dirinya bisa mengalami badai sitokin usai dinyatakan negatif Covid-19.
Sekira dua pekan sebelum mengalami badai sitokin, Deddy sempat positif Covid-19. Tiga hari isolasi mandiri dan ia dinyatakan negatif, namun dua pekan kemudian ia mengalami demam tinggi.
Tak main-main, suhu badan Deddy sempat mencapai angka 41 derajat yang membuat vertigonya kambuh.
"Berjalan beberapa hari (setelah negatif) tiba-tiba di minggu kedua setelah saya kena dan nggak lama negatif, demam saya tiba-tiba naik sampai hampir 40 derajat," kata Deddy Corbuzier di podcastnya dikutip Tribunnews.com, Minggu (22/8/2021).
"Pernah sampai 41 lebih langsung kasih paracetamol gak lama turun. Saya ngerasa something wrong karena sampai vertigo kepala muter," bebernya.
Ia kemudisn dilarikan ke rumah sakit dan dilakukan CT thorax dan Deddy dimint untuk menjalani perawatan di rumah sakit.
"Kemudian CT thorax ke RSPAD lalu saya diminta stay di RS, tapi kadar oksigen saya masih 99%, kata dokter kalau mau stay di rumah gapapa," ucapnya.
"Pada saat saya pertama kena saya makan obat beberapa, jadi saya sudah mengikuti aturan yang dijalankan," tambah Deddy.
Setelah memutuskan untuk rawat jalan di rumah, Deddy mengaku badamnya kembali drop.
Akhirnya setelah dibawa ke rumah sakit lain, Deddy Corbuzier dinyatakan mengalami badai sintokin yang membuat dirinya sempat kritis.
"Kemudian saya pulang dua hari kemudian saya demam lagi, vertigo lagi. Saya langsung dibawa ke Medistera ketemu dokter dan dia bilang memburuk," beber Deddy.
"Ketika cek CT toraks 60 ketika di RSPAD masih 30 naik ke 60 dan keadaannya masuk dalam kondisi badai sitokin," jelasnya.
Deddy Corbuzier sempat percaya diri bahwa ia bisa terhindar dari Covid-19 karena merasa sudah menjaga kesehatan dengan baik.
Sempat Pede Bisa Terhindar dari Covid-19
Deddy Corbuzier baru saja sembuh usai sempat terpapar Covid-19 beberapa waktu lalu.
Dalam ceritanya, Deddy mengaku tak menyangka bahwa dirinya bisa terpapar Covid-19, karena merasa sudah paham akan virus tersebut dan sudah melakukan protokol kesehatan dengan baik.
Ia membeberkan, sebelum dinyatakan positif Deddy sempat kontak langsubg secara rutin dengan keluarganya yang dinyatakan positif Covid-19 lebih dulu.
"Saya sakit, saya kena Covid-19, saya urus keluarha yang saat itu hampir semua kena Covid-19, jadi saya urusin mereka semua taking care cari rimah sakit dan obat," ucap Deddy Corbuzier dalam podcastnya dikutip Tribunnews.com, Minggu (22/8/2021).
"Saya kontak dengan mereka terus-terusan, pada saat itu sangat pede karena saat itu pola hidup saya sudah sehat saya juga juga prokes, tapi ternyata virology saya terlalu tinggi," bebernya.
Merasa dirinya sehat dan aman, Deddy tak menyangka bahwa ia pun dinyatakan positif. Ia berpikir virus itu tak akan bertahan lama dan akan hilang dalam beberapa hari.
"Saya kemudian cek setiap hari antigen kemudian sampailah saya positif, saya nggak masalah yaudah kena Covid-19 yaa paling demam 2 hari, karena vitamin saya full, makanan saya sehat, raga saya kuat, saya rasa bisa survive," ucap Deddy.
Benar saja, beberapa hari setelah demam tinggi ia dinyatakan negatif dan bisa beraktifitas kembali membuat podcast.
"Ternyata benar di hari ketiga atau keempat saya SWAB Antigen dengan tiga macam antigen, saya negatif, tanpa gejala tanpa demam, oke well its done. Saya podcast lagi saat itu karena pikiran saya kalau saya sudah sembuh," terangnya.
Namun beberapa minggu kemudian ia kembali drop hingga tubuhnya mengalami badai sitokin yang hampir meregang nyawanya.
Deddy menuturkan dirinya tak tahu mengapa bisa sampai ke tahap badai sitokin meski sudah dinyatakan negatif Covid-19.
Hal itulah yang pada akhirnya membuat Deddy Corbuzier harus vakum sementara dari dunia YouTube karena harus menjalani perawatan intensif.
(Tribunnews.com/Bayu Indra Permana/Willem Jonata)