Laporan Wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Perubahan iklim dan kesehatan masyarakat adalah hal yang saling berkaitan.
Seperti yang disampaikan Ahli Paru yang juga Mantan Direktur World Health Organization (WHO) Asia Tenggara Prof. Tjandra Yoga Aditama.
Ia mengatakan, climate change atau perubahan iklim memiliki dampak pada kesehatan yang cukup luas.
Pasalnya, terjadi ketidakseimbangan alam yang mengakibatkan penyakit tertentu.
Seperti penipisan lapisan ozon di stratosfer dapat meningkatkan risiko terkena gangguan kulit.
Baca juga: Tinjau Persemaian Rumpin, Jokowi: Indonesia Serius Tangani Perubahan Iklim
Baca juga: KLHK: Konferensi Iklim COP 26 Hasilkan Keputusan Penting Soal Pasar Karbon
"Peningkatan temperatur akibat perubahan iklim dapat meningkatkan konsentrasi ozon permukaan yang merupakan salah satu pencemar udara utama yang dapat menyebabkan penyakit pernapasan," ujar Prof Tjandra saat dikonfirmasi, Jumat (19/11/2021).
Selain itu, kehilangan keanekaragaman hayati dapat menyebabkan langkanya bahan baku obat dari tumbuhan.
Baca juga: KTT APEC ABAC, Indonesia Ditanya Soal Penanganan Dampak Perubahan Iklim
Degradasi lahan dan perubahan fungsi ekosistem dapat menyebabkan perubahan penyebaran vektor penyakit.
"Penurunan sumber daya air menyebabkan akses yang terbatas terhadap air bersih dan sanitasi yang sehat," ungkap ahli paru ini.
Oleh karena itu, ada tiga langkah yang dapat dilakukan sebagai antisipasi.
Pertama, kajian kerentanan dan penilaian risiko sektor kesehatan akibat perubahan iklim.
Kedua, kajian hubungan antara perubahan iklim dengan perkembangan penyakit bawaan air, penyakit bawaan vektor, penyakit bawaan udara, bencana dan kecelakaan, dan penyakit tidak menular.
"Serta juga perlu upaya untuk memperkuat sistem kewaspadaan dini dan tanggap darurat terhadap bencana di masyarakat," ujar dia.