Laporan Wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Bernapas lewat mulut dapat menimbulkan sejumlah dampak negatif bagi anak.
Kebiasaan itu harus dicegah sedini mungkin.
Hal itu diungkap Dosen Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran Dr. drg. Risti Saptarini Primarti, Sp. KGA (K) pada Webinar Series Pengabdian FKG Unpad yang digelar secara daring, beberapa waktu lalu
“Jadi kita membiasakan anak bernapas lewat hidung itu sejak dini,” ujar Risti.
Risti mengatakan, salah satu dampak buruk bernapas lewat mulut adalah timbulnya gangguan tumbuh kembang gigi dan rahang atau maloklusi.
Hal ini terjadi karena ada hubungan fungsi rongga mulut atau fungsi oral dengan tumbuh kembang gigi dan rahang.
“Fungsi bernapas, fungsi penenelanan, fungsi pengunyahan itu sangat berkorelasi dengan tumbuh kembang gigi dan rahang. Jadi kalau ingin giginya terlihat rapi dapat berfungsi dengan baik, ketiga fungsi ini juga harus berjalan baik sejak lahir,” jelas dokter Risti.
Untuk menghindari kebiasaan bernapas lewat mulut sejak bayi, posisi menyusu pun harus benar.
Dr. Risti menjelaskan, proses menyusu yang benar adalah ibu dalam posisi duduk, bayi diletakkan pada pangkuan ibu, dan kepala bayi terletak pada posisi 45-70 derajat terhadap payudara ibu.
Jika posisi bayi telentang, dapat menimbulkan celah pada rongga mulut sehingga bayi dapat bernapas lewat mulut.
“Jangan sampai menyusui bayi dalam posisi bayi telentang atau tidur karena itu tidak baik dalam proses tumbuh kembang rahangnya,” ujar Risti.
Selain itu, jika bayi atau anak tidur dengan mulut terbuka, sebaiknya dibantu oleh tangan orang tua untuk mengatupkan mulutnya.
Dikatakan Risti, rongga mulut merupakan gerbang utama masuknya nutrisi.