Laporan Wartawan Tribunnews.com, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, JENEWA - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Senin kemarin mengatakan gangguan terkait pandemi virus corona (Covid-19) telah menyebabkan lonjakan kematian pada penderita Malaria dengan cakupan 'puluhan ribu lebih banyak' di 2020.
Kendati demikian, menurut lembaga tersebut, tindakan yang dilakukan secara mendesak telah mencegah terwujudnya skenario yang jauh lebih buruk.
Dikutip dari laman Channel News Asia, Selasa (7/12/2021), dalam sebuah laporan terbaru, WHO menemukan bahwa Covid-19 telah mengacaukan kemajuan dalam melawan penyakit yang dibawa oleh nyamuk ini.
Padahal upaya dalam melawan malaria dianggap telah stabil sebelum pandemi melanda.
Diperkirakan ada 241 juta kasus malaria yang terjadi di seluruh dunia pada 2020, angkanya 14 juta lebih banyak dibandingkan tahun sebelumnya.
Baca juga: Dari Jahe hingga Kemangi, Ini 6 Obat Alami untuk Mengobati Malaria
Sementara jumlah kematian yang sempat turun, secara cepat membengkak menjadi 627.000 pada tahun lalu, angkanya melonjak 69.000 dari 2019.
"Sekitar dua pertiga dari kasus kematian tambahan itu terkait dengan gangguan dalam penyediaan layanan pencegahan, diagnosis, dan pengobatan malaria selama pandemi. Namun situasinya bisa saja jauh lebih buruk," kata WHO.
WHO kemudian menyampaikan proyeksinya saat pandemi dimulai pada awal 2020 bahwa gangguan layanan dapat menyebabkan kematian akibat malaria berlipat ganda pada tahun tersebut.
"Berkat kerja keras badan-badan kesehatan masyarakat di negara-negara yang terkena malaria, proyeksi terburuk dari dampak Covid tidak terjadi," kata Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus dalam sebuah pernyataan.
Menurutnya, saat ini semua pihak perlu memanfaatkan energi dan komitmen yang sama untuk membalikkan kemunduran yang disebabkan oleh pandemi dan meningkatkan laju kemajuan dalam melawan penyakit ini.
Sejak pergantian abad, dunia telah membuat kemajuan yang stabil terhadap malaria, dengan kasus tahunan turun 27 persen pada 2017 dan angka kematian turun lebih dari 50 persen.
Namun jumlahnya terhenti di tahun-tahun sebelum pandemi.
Dan situasinya memburuk di Afrika sub-Sahara, di mana 95 persen dari semua kasus malaria dan 96 persen dari semua kematian terjadi, dialami anak-anak berusia di bawah 5 tahun.