TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Di masa pandemi Covid-19, kegiatan dan kebiasaan masyarakat tak terkecuali kelompok pekerja aktif banyak mengalami perubahan, terutama perilaku yang terkait dengan kesehatan dan pola konsumsi harian.
Konsumsi air merupakan salah satu hal yang menjadi sorotan, karena masyarakat seringkali lupa ataupun menyepelekan pentingnya untuk tetap menjaga kebutuhan hidrasinya selama masa pandemi.
Bekerja dari rumah dengan aktivitas fisik rendah serta didukung ruangan yang nyaman dengan pendingin seringkali menyebabkan tubuh tidak merasa haus.
Di sisi lain, bekerja dari kantor mengharuskan pekerja terus memakai masker dan seringkali membuatnya menunda untuk minum karena harus melepas masker.
Dua kondisi tersebut, baik bekerja dari rumah maupun kantor menghadirkan risiko bagi masyarakat untuk menurunkan asupan minumnya dan meningkatkan risiko dehidrasi.
Terkait hal ini, sebagai salah satu pembicara dalam sesi webinar “Edukasi Hidrasi Sehat Bagi Pekerja Aktif” yang diselenggarakan oleh FKUI, Ahli Ilmu Kedokteran Kerja FKUI, dr Ade Mutiara, MKK, SpOK, menekankan bahwa air merupakan zat gizi dengan kontribusi terbesar dalah tubuh.
"Sebanyak dua per tiga tubuh kita terdiri dari air yang fungsinya tidak bisa digantikan oleh zat gizi lain. Karena tubuh tidak bisa memproduksi air, kebutuhan air harus terpenuhi melalui konsumsi cairan dengan jumlah yang cukup agar tubuh dapat berfungsi secara optimal," ujarnya dalam keterangan tertulis, Jumat (17/12/2021).
Baca juga: Kulit Bayi Juga Butuh Terhidrasi Loh, Produk Baby Skincare Ini Bisa Jadi Pilihan Mom
Dijelaskan bahwa untuk menjalankan aktivitas pekerjaannya maka pekerja memerlukan asupan cairan dengan jumlah yang cukup.
Jumlah kebutuhan cairan sebaiknya disesuaikan dengan aktivitas pekerjaan dan juga kondisi lingkungan kerja pekerja tersebut.
Sementara itu, pada kesempatan yang sama Ahli Ilmu Kedokteran Komunitas FKUI yang juga merupakan tim IHWG FKUI, dr. Dewi Friska, MKK mengatakan hasil penelitian yang dilakukan oleh IHWG untuk mengetahui asupan cairan pekerja aktif di masa pandemi pada 246 pekerja menunjukkan bahwa rata-rata minum para pekerja adalah sebanyak 1882 mL per hari.
Jumlah ini masih di bawah rekomendasi Kementerian Kesehatan bagi laki-laki dewasa. Sebanyak 53,7 persen pekerja belum mengonsumsi air dalam jumlah yang cukup.
"Walaupun, sebanyak 89,8% dan 98,4% pekerja menyatakan bahwa telah tersedia air minum yang terjangkau di kantor maupun di rumah, namun tetap terdapat 19,1% pekerja yang tidak terbiasa menyiapkan air minum di meja kerja selama bekerja di kantor," ujarnya.
Dijelaskan bahwa tubuh yang tidak terhidrasi dengan baik dapat menyebabkan penurunan fungsi, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.
"Dalam jangka pendek, kekurangan air sebanyak 2% saja dapat menurunkan kemampuan kognitif, konsentrasi, performa, dan memori. Dengan mengonsumsi air dalam jumlah cukup, mood juga terjaga dengan baik, sehingga diharapkan dapat mendukung kualitas kerja para pekerja," demikian disampaikan moderator Dr. dr. Aria Kekalih.