Laporan Wartawan Tribun Network, Willy Widianto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kanker menjadi salah satu Penyakit Tidak Menular (PTM) yang cukup banyak dialami masyarakat Indonesia, baik usia muda hingga tua.
Kemunculan penyakit kanker ditandai dengan adanya sel atau jaringan abnormal yang tidak hanya bersifat ganas, namun juga tumbuh secara cepat serta dapat menyebar ke organ lainnya.
Terkait pentingnya dukungan terhadap para pasien kanker ini, banyak pihak yang telah memberikan pendampingan pada penderita kanker, satu di antaranya komunitas Gerakan Putih Indonesia (GPI).
Baca juga: 7 MANFAAT Jahe untuk Kesehatan, Mulai dari Mencegah Kanker hingga Meredakan Mual
Sepanjang 2021, komunitas ini telah mendampingi 1.000 pasien yang telah menderita berbagai jenis kanker.
Dukungan yang dilakukan itu mulai dari pemberian bantuan obat-obatan, pendampingan konsultasi medis dengan tenaga ahli, terapi pasca penyembuhan, hingga proses rujukan pasien ke fasilitas layanan kesehatan (fasyankes) yang lebih memadai bagi pasien kanker yang kurang mampu.
Salah satu Pendiri GPI, Alex Limbong mengatakan bahwa GPI merupakan gerakan nyata dari komunitas penyintas kanker untuk tidak hanya menekan jumlah kematian akibat kanker.
Baca juga: Kanker Payudara pada Pria: Gejala, Siapa yang Berisiko dan Cara Kurangi Risikonya
Namun juga memberikan edukasi mengenai bahaya kanker serta mendorong pihak swasta untuk membantu para pasien kanker.
Sebagai penyintas kanker nasofaring, Alex berkomitmen untuk tetap memberikan dukungan kepada para pasien kanker agar mereka 'tidak merasa sendirian'.
"Gerakan ini merupakan langkah nyata para penyintas kanker untuk memberikan dukungan moril kepada penderita kanker dan dengan nyaring memberitahukan mereka bahwa kami ada untuk membantu segala kesulitan yang dihadapi mereka," kata Alex, dalam keterangan tertulisnya, Kamis (6/1/2022).
Sementara itu, Ketua Umum Perhimpunan Onkologi Radiasi (PORI), Prof. Dr. dr. Soehartati A. Gondhowiardjo, SpRad (K) OnkRad., mendukung penuh gerakan sosial ini.
Baca juga: Cara Deteksi Kanker Paru-Paru Sejak Dini
"Menjadi bagian dari GPI menjadi aksi sosial saya pribadi untuk mengobati pasien kanker di tanah air. Peran radioterapi dalam menangani kanker juga terbukti ampuh digunakan untuk mendiagnosis dan mengobati lebih dari setengah kasus kanker di Indonesia," kata Prof. Soehartati.
Data Globocan menyebutkan pada 2018 terdapat 18,1 juta kasus baru dengan angka kematian mencapai 9,6 juta, di mana 1 dari 5 laki-laki dan 1 dari 6 perempuan di dunia mengalami kejadian kanker.
Data tersebut juga menyatakan 1 dari 8 laki-laki dan 1 dari 11 perempuan, meninggal akibat kanker.
Angka kejadian penyakit kanker di Indonesia 136.2 per 100.000 penduduk, berada pada urutan 8 di kawasan Asia Tenggara, sedangkan untuk kawasan Asia berada pada urutan ke-23.
Sementara angka kejadian tertinggi di Indonesia untuk laki-laki didominasi kanker paru yakni sebesar 19,4 per 100.000 penduduk dengan rata-rata kematian mencapai 10,9 per 100.000 penduduk.
Kemudian diikuti kanker hati sebesar 12,4 per 100.000 penduduk dengan rata-rata kematian 7,6 per 100.000 penduduk.
Lalu angka kejadian tertinggi untuk perempuan ditempati kanker payudara yakni sebesar 42,1 per 100.000 penduduk, dengan rata-rata kematian 17 per 100.000 penduduk.
Selanjutnya diikuti kanker leher rahim mencapai 23,4 per 100.000 penduduk, dengan rata-rata kematian 13,9 per 100.000 penduduk. (Willy Widianto/*)