Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Selama pandemi covid-19, pemerintah berupaya untuk meminimalisir terjadinya penularan antar masyarakat.
Salah di antara cara yang dilakukan adalah membatasi mobilitas dan pertemuan.
Aturan ini pun berdampak pada anak-anak yang masih duduk di bangku sekolah. Pada awal pandemi, sekolah tatap muka digantikan secara daring.
Menurut Ketua Umum Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dr. Piprim Basarah Yanuarso, pergantian aturan ini menimbulkan permasalahan baru yang tidak disadari oleh orangtua.
Baca juga: Obesitas atau Kelebihan Berat Badan Jadi Ancaman Peradaban Manusia ke Depan
Baca juga: Obesitas Tingkatkan Risiko Covid-19 yang Berat Hingga Kematian
Masalah baru ini seharusnya diperhatikan betul oleh para orangtua. Hanya saja kadang orangtua abai atau tidak menyadari.
"Ketika melakukan pembelajaran jarak jauh, itu banyak yang kemudian menjadi obesitas. Orangtua berupaya agar anak betah sekolah di depan laptop, maka diberikan makanan yang tinggi gula, tepung," ungkap Piprim dalam webinar Lokapala 3.0 yang diadakan CISDI secara virtual, Kamis (27/1/2022).
Di sisi lain, anak juga jarang atau tidak pernah melakukan aktivitas fisik. Alhasil berat badan menjadi naik.
Baca juga: Varian Omicron Dipercaya Segera ke Masa Puncak, Bagaimana Prediksi Pandemi Covid-19 Selanjutnya?
Akibat dari kenaikan berat badan yang tidak terkendali ini, banyak gangguan kesehatan yang dialami anak.
"Yang tadinya tidak punya komorbid, orangtua yng membuatnya menjadi komorbid," kata Piprim menambahkan.
Padahal selama Covid-19 ini, anak yang obesitas, dapat memberikan dampak yang cukup mengkhawatirkan. Karenanya ia menghimbau untuk para orangtua agar lebih memerhatikan asupan makanan anak.