Laporan Wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA --Tidak ada orang yang ingin mengalami depresi.
Meski tidak selalu berhubungan dengan masalah, depresi merupakan satu gangguan mental yang berhubungan dengan interaksi berbagai elemen, seperti struktur otak, genetika, hormon dan juga faktor luar, seperti pola asuh, pengalaman di-bully dan toxic relationship baik dengan pasangan atau rekan kerja.
Psikolog lulusan UGM dan Co-Founder startup Consulife, Regisda Machdy Fuadhy, S.Psi., M.Sc menuturkan, depresi adalah fenomena yang kompleks dan dilatarbelakangi oleh banyak hal.
Baca juga: Komentari Adam Deni yang Kabarnya Depresi di Rutan, Jerinx Ingatkan Jaga Imunitas, Minum Susu
Baca juga: 5 Cara Mengatasi Depresi Tanpa Bantuan Obat, Perbanyak Tidur Ternyata Membantu
Depresi bisa dipengaruhi faktor eksternal seperti cuaca dan makanan.
"Cuaca sangat memengaruhi mood, contoh paling nyata adalah winter blues ketika orang-orang tinggal di negara yang memiliki musim salju,” katanya seperti dikutip dari laman UGM
Nuansa yang gloomy dan jarang terekspose matahari yang mengekstrak vitamin D berpengaruh terhadap mood seseorang.
“Makanan yang overcooked (terlalu matang) dan minim nutrisi membuat probiotik di dalam usus tidak mendapatkan zat yang dibutuhkan untuk memproduksi serotonin, hormon yang membuat kita senang,” paparnya.
Oleh karena itu, orang-orang yang mengalami depresi disarankan untuk melihat apa-apa yang mereka makan dan mulai beralih ke gaya hidup sehat.
Pola hidup modern yang serba cepat dengan ratusan stressor (penyebab stress) membuat semakin banyak orang rentan dengan depresi.
Baca juga: Cerita Korban Trading Binomo, Uang Ratusan Juta Raib hingga Psikologis Hancur
Baca juga: Menguat Dugaan Novi Amelia Akhiri Hidup karena Depresi, Sempat Berobat ke RS Polri hingga Bukti Foto
Regis menegaskan, kini orang yang terkena depresi semakin banyak, namun yang mencari pertolongan rasanya tidak bertambah.
“Banyak orang takut dengan stigma bahwa orang depresi adalah orang yang lemah, tidak kuat menghadapi cobaan hidup dan jauh dari Tuhan. Akhirnya, mereka bungkam diam dan tak mencari pertolongan,” tuturnya.
Regis menyebutkan depresi juga berisiko mematikan sama seperti halnya penyakit fisik. Oleh karana itu, bagi yang merasa terkena depresi bisa langsung berkonsultasi dengan psikolog.
“Sudah saatnya kita memahami depresi lebih dalam. Mengenali gejalanya agar kita mampu menolong orang terdekat yang membutuhkan,” tambah dia.