TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Merujuk pada data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007-2018, trend obesitas terus meningkat.
Situasi ini bukan hal yang baik karena obesitas menjadi banyak faktor bagi hampir semua penyakit generatif.
Mencegah obesitas, mengambil langkah lebih cepat untuk terhindar penyakit generatif.
Baca juga: Obesitas Pada Anak Berisiko Picu Komplikasi dari Ujung Kepala hingga Kaki, Salah Satunya Depresi
Selain itu di masa pandemi Covid-19 seperti ini, orang yang terinfeksi Covid-19 akan semakin parah kondisinya jika alami obesitas.
Obesitas menurut WHO suatu keadaan terjadi akibat akumulasi lemak berlebih secara abnormal.
Hal ini diungkapkan oleh anggota Perhimpunan Dokter Spesialis Gizi Klinik Indonesia (PDGKI), Dr Prawitasari MSc SpGK.
"Ingin berat badan tetap baik harusnya energi yang masuk seimbang dengan energi yang dikeluarkan. Energi yang masuk berasal dari makanan yang dikonsumsi. Kalau ingin berat badan naik, dibalik saja," ungkapnya dalam webinar Kementerian Kesehatan, Sabtu (4/3/2022).
Baca juga: Dampak yang Dirasakan Tubuh Jika Sering Melewatkan Sarapan, Bisa Picu Obesitas
Menurut dr Prawitasari, kunci dari menurunkan berat badan pertama adalah memiliki kenyang yang lama, merasa bahagia dan konsumsi makanan bergizi.
Ia pun menekankan dalam diet harus bersambung dan dilakukan dalam jangka waktu yang lama.
Diet esktrim tidak disarankan karena dapat memberikan tekanan baik dan tidak bisa bertahan lama.
"Kalau diet bikin berduka, bikin mood swing, gak happy, jangan diterapkan. Tidak terlalu punya cita-cita cepet kurus, mampu jalanin ini lebih lama dalam life style tidak?" Katanya lagi.
Kedua mengatur pola makan. Selama ini orang kerap salah mengartikan jika ingin diet hanya sekadar defisit kalori. Padahal tidak hanya itu saja.
Namun, mengatur pola makan harus diperhatikan seberapa berkualitas zat gizi yang terkandung di dalamnya. Karena dapat memengaruhi metabolisme tubuh.
Baca juga: Luna Maya Ungkap Pengalamannya Pertama Jalani Diet, Sampai Tak Bisa Tahan BAB Saat Kemudikan Mobil
Dr Prawitasari pun menyebutkan jika setiap makanan bisa memengaruhi hormon tubuh. Walau kalori sama, efek yang ditimbulkan pun berbeda.
Misalnya, beberapa junk food yang mengandung 2000 kalori, memiliki efek yang berbeda pada makanan sehat yang memiliki jumlah kalori serupa.
"Misalnya makanan seperti protein, tinggi serat, banyak vitamin dan mineral buah dan sayur. Dapat membuat tubuh lebih baik ketimbang gula tinggi, lemak trans tinggi, minyak tinggi. Walau kalorinya sama-sama 2000," paparnya.
Baca juga: Melaney Ricardo Jalani Diet, Demi Terlihat Cantik dan Sehat saat Berusia 41 Tahun
Makanan yang memiliki nutrisi rendah membuat rasa kenyang tidak bertahan lama.
Sedangkan makanan yang memiliki serat dan protein rendah lemak memiliki intensitas energi yang relatif rendah dibandingkan yang lain.
Serta mengandung zat gizi tinggi. Dampaknya bisa mempertahankan rasa kenyang dan menjaga respon glukemik.
Dr Prawitasari pun menyarankan menggunakan panduan piring makan.
"Dimana harusnya setengah piring mengandung sayur dan buah buahan. Seperempat protein dan seperempatnya bahan makanan pokok. Bisa nasi, roti, dan umbi-umbian," pungkasnya.
Sumber: https://youtu.be/Km_rVry4WJ0