News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Lebih Berbahaya Mana, Penyakit Hepatitis A, B, dan C? Perhatikan Gejalanya

Penulis: Rina Ayu Panca Rini
Editor: Johnson Simanjuntak
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

penyakit liver

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Hepatitis adalah peradangan organ hati yang disebabkan oleh infeksi virus hepatitis.

Virus masuk, berkembang biak, lalu menginfeksi bagian liver atau hati.

Akibatnya organ tersebut tidak dapat bekerja dengan optimal.

Jenis hepatitis yang paling sering diderita adalah A,B, dan C.

Secara umum, gejala maupun faktor risiko ketiganya adalah sama.

Namun, hepatitis B dan C merupakan hepatitis yang paling berbahaya.

Berikut ulasan penyebab dan faktor risiko Hepatitis A, B, dan C dari berbagai sumber:

1. Hepatitis A

Dikutip dari laman Kementerian Kesehatan, penyebab penyakit ini adalah virus hepatitis A. Virus ini dapat menyebar dengan mudah melalui konsumsi makanan atau minuman yang telah terkontaminasi tinja penderita hepatitis A.

Adapun faktor risiko seseorang lebih mudah terkena hepatitis A jika memiliki kondisi.

Seperti mengunjungi atau tinggal di daerah yang terdapat banyak kasus hepatitis, melakukan hubungan intim dengan penderita hepatitis A, atau tinggal serumah dengan penderita hepatitis A.

Gejala hepatitis A muncul beberapa minggu setelah penderita tertular virus tersebut.

Gejala yang paling disadari oleh penderita hepatitis A adalah perubahan warna mata dan kulit menjadi kuning. Tetapi sebelum timbulnya penyakit kuning, penderita dapat mengalami, demam, lemas, mual dan muntah, warna urine menjadi gelap, warna tinja menjadi pucat.

Hepatitis A akan sembuh dengan sendirinya karena sistem kekebalan tubuh penderita dapat membasmi virus tersebut.

Pengobatan yang diberikan hanya untuk meringankan gejala-gejala yang dialami penderitanya, sambil menunggu penyakit sembuh.

Baca juga: WHO: Inggris dan Eropa Kini Waspadai Penyakit Hepatitis Akut yang Menyerang Anak Dibawah 10 tahun

Selain itu, penting bagi penderita untuk menjaga kebersihan untuk mencegah penularan ke orang lain. Penderita yang sembuh akan memiliki kekebalan tubuh terhadap penyakit ini

Hepatitis A dapat dicegah dengan beberapa cara, antara lain: Melakukan vaksinasi hepatitis A, menjaga kebersihan diri dan lingkungan, menghindari konsumsi makanan mentah atau setengah matang.

Hepatitis B

Menurut World Health Organization (WHO), terdapat lebih dari 2 miliar orang di dunia yang telah terinfeksi hepatitis B.

Dalam banyak kasus, infeksi hepatitis B juga dapat menetap dalam tubuh hingga menjadi kronis dan menjadi penyebab utama kanker hati. Maka itu, penting bagi masyarakat untuk tetap waspada akan bahaya hepatitis B.

Hepatitis B termasuk penyakit yang dapat ditularkan lewat kontak dengan cairan tubuh penderita hepatitis B.

Cairan tubuh itu seperti darah, air liur, cairan serebrospinal, cairan peritoneum, cairan pleura, cairan amnion, semen, cairan vagina, dan cairan tubuh lainnya.

Juga dapat menular dari ibu ke janin melalui kehamilan, hubungan seksual tanpa pengaman (kondom) dengan orang yang terinfeksi hepatitis B, melalui jarum suntik, alat cukur, gunting kuku, alat tattoo, alat tindik, dan alat pribadi lainnya yang terinfeksi darah penderita hepatitis B.

Hepatitis B tidak akan menular melalui sejumlah aktivitas seperti berjabat tangan, berpelukan atau berciuman, batuk dan bersin, serta makanan atau minuman.

Jika seseorang tertular dan terinfeksi hepatitis B, biasanya gejala awalnya tidak akan terlihat. Dalam sebagian kasus, bahkan gejala sama sekali tidak terlihat walaupun telah terinfeksi selama 30 tahun.

Berikut ini adalah gejala yang terlihat apabila infeksi sudah kronis, antara lain:

Lemas, mual, muntah, dan tidak nafsu makan, nyeri otot dan persendian, demam yang tidak terlalu tinggi, rasa tidak nyaman di area sekitar hati, warna kuning pada mata atau jaundice yang hilang timbul secara bergantian, perut membuncit berisi cairan dan bengkak di kaki, jika kondisi memburuk, kadang disertai sesak dan penurunan kesadaran.

Dilansir dari websiter RS Siloam, bagi penderita hepatitis B yang sudah kronis, pilihan pengobatan yang biasa dilakukan adalah mengonsumsi obat antivirus seperti lamivudin, telbivudin, tenofovir, dan entecavir, serta suntikan interferon.

Pengobatan tersebut juga membutuhkan kepatuhan dan disiplin dari pasien untuk kontrol secara rutin ke dokter untuk memantau perkembangan penyakit dan mengevaluasi pengobatan yang diberikan.

Apabila dalam pemeriksaan ditemukan kerusakan hati cukup parah, dokter mungkin akan menganjurkan transplantasi hati.

Mencegah lebih baik daripada mengobati. Langkah utama dalam mencegah hepatitis B adalah melaukan vaksinasi. Maka itu, vaksin hepatitis B menjadi vaksin wajib yang diberikan kepada anak-anak dan diulang secara rutin saat dewasa.

Selain itu, pastikan juga menerapkan pola hidup sehat, hindari penggunaan jarum suntik yang tidak steril, dan melakukan hubungan seks secara aman.

Tidak menggunakan sikat gigi bersama dan pastikan pisau cukur baru diganti bila mencukur rambut di tempat umum.

Kepedulian terhadap bahaya hepatitis B dan berupaya mencegahnya sejak awal adalah kunci keberlangsungan hidup lebih sehat di masa depan.

Hepatitis C

Hepatitis B dan C adalah yang paling berbahaya. 

Hepatitis C terjadi akibat infeksi virus hepatitis C (HCV). Hepatitis C memiliki gejala yang hampir sama dengan hepatitis B.

Dilansir dari Ciputra Hospital, gejala akan muncul paling lama 6 bulan setelah terpapar virus.

Hepatitis C yang tidak segera mendapatkan penanganan akan menyebabkan kerusakan hati, kanker hati, sirosis, bahkan hingga meninggal dunia.

Hepatitis B dan C memiliki 2 tahap sejak terinfeksi.

Hepatitis awal atau kurang dari 6 bulan disebut hepatitis akut. Sedangkan, tahap akhir atau hepatitis yang terjadi lebih dari 6 bulan disebut hepatitis kronis.

Semakin awal hepatitis di diagnosis, maka kemungkinan untuk kronis juga semakin kecil.

Penularan hepatitis C juga tergolong cepat melalui, jarum suntik bekas, hubungan seksual, peralatan cukur yang dipakai bersama, donor darah, transplantasi organ.

Virus hepatitis C tidak dapat menular melalui makanan, minuman, sentuhan, barang sehari-hari (sendok, handuk, pakaian) atau air susu Ibu (ASI).

Penyebab hepatitis C adalah karena infeksi virus hepatitis C (HCV). Infeksi akan menyebar ke tubuh ketika darah terkontaminasi virus.

Metode penyebaran hepatitis C antara lain: terlahir dari Ibu yang menderita hepatitis C kontaminasi alat hemodialisis atau cuci darah akibat teknik sterilisasi yang tidak sesuai protocol, menggunakan obat-obatan terlarang, menggunakan jarum suntik bekas.

Terutama jarum suntik yang telah digunakan oleh penderita hepatitis C, mendapat transfusi darah dari orang yang menderita hepatitis C, berbagi peralatan yang mempunyai risiko kontak darah melalui luka kecil (mikro-trauma) dengan penderita hepatitis C, seperti pisau cukur, atau gunting kuku, melakukan hubungan seksual tanpa kondom dengan penderita

Ciri-ciri seseorang terinfeksi hepatitis C akan tampak setelah 6 bulan. Oleh karena itu, banyak orang yang datang ke dokter dengan kondisi sudah kronis.

Ciri-ciri hepatitis C yang dapat diamati antara lain: mudah mengalami memar di seluruh tubuh, sering mengalami kelelahan, nafsu makan menurun, mengalami perubahan warna kuning pada kulit dan mata, urine berwarna gelap, mengalami pembengkakan di kaki, berat badan mengalami penurunan, mengalami demam beberapa kali, nyeri pada sendi dan perut, merasa gatal di beberapa area kulit, serta penurunan fungsi kognitif.

Hepatitis C selalu dimulai dari tahap akut.

Hepatitis C akut biasanya tidak terdiagnosis karena jarang sekali muncul gejala.

Oleh karena itu, jika muncul ciri-ciri hepatitis C yang mencurigakan. Segera lakukan pemeriksaan medis untuk mendapat penanganan.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini